Jika seseorang senang belajar Dhamma, namun pikirannya masih diliputi oleh "Untuk apa saya memuja dan memohon kepada Sang Buddha, toh Beliau tidak dapat menolong saya". Apakah ini termasuk vicikiccha? Bagaimana mengatasi pikiran demikian?

Vicikicca adalah keragu-raguan akan adanya hukum tata susila dalam alam semesta ini dan akan adanya jalan menuju pembebasan mutlak. Vicikicca merupakan salah satu rintangan yang harus dilenyapkan.

Untuk melenyapkannya, seseorang harus berusaha memperoleh pengertian dan keyakinan yang benar tentang ajaran Sang Buddha. Dalam hal ini, ia harus benar-benar mengerti dan melihat ajaran Sang Buddha, bukan hanya percaya. Kepercayaan tanpa pengertian tidak dikehendaki dari setiap umat Buddha. Seorang umat Buddha dianjurkan untuk belajar dan memahami Dhamma. Melalui pemahaman tentang ajaran Sang Buddha, tentu ia bisa mengetahui makna pemujaan yang sebenarnya. Sesungguhnya, Sang Buddha tidak menghendaki pemujaan terhadap diri-Nya. Sang Buddha juga tidak menghendaki/menganjurkan para pengikut-Nya untuk memohon/meminta-minta kepada-Nya. Yang dikehendaki dari umat Buddha ialah "datang" dan "melihat" untuk kemudian yakin akan ajaran-Nya dan melaksanakan ajaran itu.

Dengan berpikiran seperti di atas, orang yang bersangkutan (tersebut di atas) belum tentu tergolong orang yang mempunyai "vicikicca" kalau ia benar-benar memahami ajaran Sang Buddha dan melaksanakan ajaran itu dalam arti sebenarnya, karena Sang Buddha sendiri tidak mengharapkan pemujaan "buta" dan Sang Buddha adalah penunjuk jalan ke arah pembebasan, bukan penolong yang dapat memenuhi permohonan atau permintaan seseorang.


Sumber:

Bunga Rampai Dalam Tanya Jawab, Pandit J. Kaharuddin & Budhiarta B.Sc, Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia (Mapanbudhi), 1984