Tumimbal Lahir |
oleh: Ven. Nârada Mahâthera |
Sumber Asli: Karya Tulis Ven.Nârada Mahâthera berjudul BUDDHISM IN A NUTSHELL |
Selama kekuatan kamma masih ada, selalu akan terjadi tumimbal lahir. Makhluk-makhluk merupakan perwujudan nyata dari kekuatan yang tak terlihat ini. Kematian hanya merupakan akhir sementara dari fenomena yang tidak langgeng ini. Kehidupan organik telah berakhir, tetapi kekuatan kamma yang telah menggerakkannya sampai sekarang ini belum hilang. Karena kekuatan kamma tidak terganggu oleh kehancuran badan jasmani, maka datangnya saat pikiran kematian (cuti citta) sekarang ini mempersiapkan kesadaran baru dalam kelahiran berikutnya.
Kamma yang berakar pada kebodohan dan nafsu keinginan menjadi syarat bagi tumimbal lahir. Kamma lampau menentukan kelahiran sekarang dan kamma sekarang bergabung dengan kamma lampau, menentukan kelahiran berikutnya. Keadaan sekarang adalah akibat dari keadaan yang lalu dan menjadi sebab dari keadaan yang akan datang.
Apabila kita merenungkan kehidupan lampau, kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, maka segera kita akan berhadapan dengan pertanyaan yang dianggap misterius: "Apakah dan bagaimanakah asal mula kehidupan itu?"
Dalam usaha mencoba memecahkan persoalan ini, suatu ajaran merumuskan sebab-awal, pencipta, yang dipandang sebagai suatu kekuatan atau sebagai makhluk maha kuasa.
Ajaran lain menolak teori sebab-awal, karena dalam pengalaman sehari-hari, sebab akan selalu menjadi akibat dan akibat menjadi sebab. Dalam suatu lingkaran sebab akibat, sebab-awal tak dapat diketahui. Menurut teori pertama, kehidupan mempunyai awal; sedang menurut teori kedua, kehidupan tak mempunyai awal.
Dari sudut pandangan ilmiah, kita merupakan produk langsung dari bersatunya sperma dan sel telur orang tua kita. Demikianlah hidup mendahului hidup. Mengenai asal mula protoplasma kehidupan yang pertama, atau koloid, para ilmuwan tetap berdiam diri.
Menurut agama Buddha kita lahir dari rahim perbuatan (kammayoni). Orang tua hanya semata-mata menyediakan satu sel yang amat kecil. Demikianlah perwujudan mendahului perwujudan. Pada saat terjadinya kehamilan, tenaga kamma lampau mempersiapkan kesadaran-kelahiran yang memberi gaya hidup kepada janin itu. Tenaga kamma yang tak terlihat yang berasal dari kehidupan lampau inilah yang menghasilkan fenomena mental dan kehidupan dalam suatu fenomena fisik yang sudah ada, melengkapi trio yang membentuk manusia.
Untuk lahirnya seorang makhluk di suatu tempat harus ada seorang makhluk yang mati di tempat lain. Kelahiran seorang makhluk, sesungguhnya berarti munculnya lima khandba (kelompok kehidupan) atau fenomena psiko-fisik dalam kehidupan sekarang ini yang dapat disamakan dengan kematian seorang makhluk dalam suatu kehidupan lampau. Seperti misalnya dalam contoh sehari-hari: timbulnya matahari di suatu tempat dan terbenamnya ditempat lain. Pernyataan yang membingungkan ini dapat dimengerti lebih baik dengan membayangkan kehidupan ini seperti gelombang dan bukan seperti suatu garis lurus. Kelahiran dan kematian merupakan dua fase dari satu proses yang sama. Kelahiran mendahului kematian dan sebaliknya, kematian mendahului kelahiran. Rangkaian kelahiran dan kematian yang tetap dalam kaitannya dengan arus kehidupan masing-masing individu membentuk apa yang secara tehnis dikenal sebagai Samsara —pengembaraan berulang-ulang.
Apakah asal mula kehidupan itu? Sang Buddha menyatakan: "Awal proses samsara ini tidak dapat dipahami. Makhluk pertama yang digelapi oleh kebodohan dan dibelenggu oleh nafsu keinginan, berkelana dan tunggang langgang di dalam kehidupan tak menentu".
Arus kehidupan ini mengalir terus tanpa akhir, ad-infinitum selama terus diisi dengan lumpur kebodohan dan nafsu keinginan. Hanya bilamana kedua hal ini hancur seluruhnya, maka arus samsara ini akan berhenti mengalir. Tumimbal lahir berakhir seperti halnya dengan para Buddha dan Arahat. Awal mula kehidupan ini tidak dapat dipastikan, karena taraf dimana kekuatan hidup ini masih belum dipenuhi dengan kebodohan dan nafsu keinginan tidak dapat diketahui. Sang Buddha hanya menunjukkan permulaan arus-kehidupan makhluk-makhluk. Terserah kepada para ilmuwan untuk berspekulasi tentang asal mula dan evolusi dalam semesta.
Sang Buddha tidak mencoba memecahkan semua persoalan etika dan filsafat yang membuat bingung umat manusia. Beliau pun tidak berurusan dengan teori-teori dan spekulasi-spekulasi yang tidak membawa kepada kemajuan batin dan pada penerangan sempurna. Beliau juga tidak menuntut kepercayaan membuta dari para pengikut-Nya tentang sebab awal. Beliau semata-mata hanya memperhatikan persoalan penderitaan dan penghancurannya.
Tetapi bagaimana kita bisa percaya bahwa ada suatu kehidupan lampau? Sumber keterangan mengenai tumimbal lahir yang amat diyakini oleh umat Buddha adalah Sang Buddha sendiri. Beliau telah mengembangkan pengetahuan yang menjadikan Beliau mampu melihat kehidupan-kehidupan yang lampau dan kehidupan yang akan datang.
Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Beliau, para siswa-Nya juga mengembangkan pengetahuan ini, sehingga mereka mampu melihat sebagian besar kehidupan lampau mereka sendiri.
Bahkan sebelum zaman Sang Buddha, resi-resi India sudah terkenal akan kemampuannya telinga-dewa dan mata-dewa mereka dan kepandaiannya membaca pikiran serta mengingat kelahiran-kelahiran lampau.
Ada juga beberapa orang yang mungkin sesuai dengan hukum perhubungan, mendadak dapat memiliki kemampuan mengingat kehidupan serta perjalanan hidup mereka yang lampau. Hal seperti ini memang jarang, tetapi beberapa peristiwa yang telah dibuktikan kebenarannya itu, merupakan kejadian yang cukup baik untuk menjelaskan paham mengenai kehidupan lampau. Begitu juga mengenai pengalaman-pengalaman beberapa ahli ilmu jiwa modern yang dapat dipercaya dan kejadian-kejadian aneh tentang kepribadian ganda yang berubah-ubah.
Dalam keadaan dihipnotis, beberapa orang dapat menceritakan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan lampau mereka; sedangkan beberapa orang lainnya dapat membaca kehidupan lampau orang-orang lain dan bahkan dapat mengobati berbagai penyakit.
Kadang-kadang kita memperoleh pengalaman aneh yang hanya dapat diterangkan melalui teori tumimbal lahir. Sering kita bertemu dengan orang-orang yang belum pernah kita kenal, namun secara naluri kita merasa bahwa mereka pernah dekat dengan kita. Betapa seringnya kita mengunjungi tempat-tempat tertentu dan merasa seolah-olah kita sudah biasa dan tidak asing lagi dengan lingkungan itu.
Sang Buddha menyatakan: "Melalui pengalaman dulu dan kesempatan-kesempatan dalam hidup sekarang, kenangan lama tumbuh kembali bagaikan bunga teratai muncul dari dalam air". Pengalaman-pengalaman beberapa ahli ilmu jiwa yang dapat dipercaya, fenomena-fenomena ajaib, komunikasi roh, kejadian aneh tentang kepribadian ganda dan sebagainya, dapat menjelaskan tentang persoalan tumimbal lahir ini.
Dalam dunia ini terlahir beberapa manusia sempurna seperti para Buddha, orang-orang jenius. Apakah mereka tiba-tiba saja sempurna? Dapatkah mereka merupakan hasil dari satu kehidupan saja? Bagaimana kita akan menerangkan tentang pribadi-pribadi besar seperti Buddhaghosa, Panini, Kalidasa, Homer dan Plato, manusia-manusia genius seperti Shakespeare, anak-anak ajaib seperti Pascal, Mozart, Beethoven, Raphael, Ramanujan dan lain-lain. Faktor keturunan saja tidak dapat menjelaskan kehadiran mereka.
Dapatkah karier mereka menanjak demikian tingginya bila mereka tidak mengalami kehidupan dan pengalaman serupa dalam kehidupan mereka yang lampau? Apakah hanya karena kebetulan bahwa mereka dilahirkan dari orang tua tertentu sehingga berada dalam lingkungan-lingkungan yang menguntungkan tersebut.
Kesempatan hidup beberapa tahun dalam dunia ini atau paling sedikit lima tahun, sudah pasti tidak dapat merupakan persiapan yang cukup untuk mencapai kepandaian itu. Bila orang percaya akan kehidupan sekarang dan yang akan datang, maka cukup masuk akal untuk percaya akan adanya kehidupan lampau. Saat sekarang merupakan anak dari saat yang lampau dan selanjutnya menjadi orang tua dari saat mendatang.
Bila ada alasan-alasan untuk percaya bahwa kita pernah hidup pada waktu lampau, maka pasti tak ada alasan untuk tidak percaya bahwa kita akan tetap hidup setelah kehidupan kita nampaknya berakhir.
Seorang penulis Barat menyatakan: "Apakah kita mempercayai adanya suatu kehidupan lampau atau tidak, hal tersebut merupakan satu-satunya hipotesa yang masuk akal yang menjembatani jurang tertentu dalam pengetahuan manusia tentang berbagai fakta kehidupan sehari-hari". Nalar kita memberitahukan bahwa paham tentang kehidupan lampau dan kamma ini sajalah yang dapat menerangkan tingkat-tingkat perbedaan yang ada di antara anak kembar; bagaimana orang seperti Shakespeare dengan bekal pengalaman yang amat terbatas mampu menulis dengan kecepatan yang mengagumkan tentang berbagai macam karakter dalam adegan-adegan sandiwaranya yang belum pernah ia pelajari sebelumnya. Mengapa karya orang-orang jenius selalu melampaui bekal pengalamannya sendiri?
Perlu dicamkan apakah ajaran tumimbal-lahir ini dibenarkan atau tidak, namun hal itu diterima sebagai suatu fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Sang Buddha selanjutnya menyatakan: "Sebab dan kamma ini adalah avijja atau ketidak-tahuan tentang Empat Kebenaran Mulia. Karena itu kebodohan merupakan sebab kelahiran dan kematian; pengetahuan (vijja) tentang Empat Kebenaran Mulia berakibat berhentinya proses kelahiran dan kematian ini".
Percayakah kita terhadap tumimbal lahir? Hal ini harus anda jawab sendiri. Adakah hari esok? Besok itu ada dan menjadi hari ini. Sekarang ini ada karena kelanjutan dari hari kemarin. Jadi dengan tegas terlihat kemarin itu ada, sebagai persamaan dari kehidupan yang lampau. Sekarang ini adalah kehidupan kita sekarang dan besok ada karena adanya sekarang yang mana menunjukkan dengan adanya hidup sekarang masih ada kelanjutan dalam kehidupan yang mendatang!!!
Hasil metode analitis ini diterangkan dalam Paticca Samuppada.***
Sumber: |
INTISARI AGAMA BUDDHA; Nârada Mahâthera; Sangha Theravada Indonesia. |