Kewaskitaan Sang Buddha

oleh: Ven. Phra Ajahn Yantra Amaro

Khotbah yang diberikan di Sunnataram Forest Monastery, Bundanoon, New South Wales, Australia, pada tanggal 9 Agustus 1990.

        Terberkahilah anda semua, umat Buddha yang berkumpul di tempat ini, yang datang dari tempat yang dekat maupun jauh; beberapa di antaranya bahkan datang dari Amerika. Adalah hal yang menggembirakan mengetahui bahwa meskipun mereka tinggal di tempat jauh tetapi juga mencari Sang Buddha Dhamma, menemukan Dhamma, dan berniat mempraktekkan Dhamma.

        Saya sangat gembira dan bahagia melihat anda semua datang untuk melakukan kebajikan (punna) dan perbuatan yang bermanfaat (kusala), mencari Dhamma untuk kesejukan dan ketenangan (hidup) anda sendiri, serta menyebarkannya kepada orang lain demi manfaat mereka. Para bijaksanawan (pandit) memuji orang sedemikian seperti anda, dengan dua alasan: pertama, karena anda memberi manfaat kepada diri anda sendiri, dan kedua, karena anda memberi manfaat kepada orang lain. Manfaat untuk diri sendiri adalah pembebasan dari penderitaan (dukkha), menjadi tentram dan bahagia di dalam diri. Manfaat untuk orang lain adalah pertolongan dan bantuan yang anda berikan kepada mereka, dimulai dari mereka yang dekat dengan anda kemudian menyebar kepada setiap orang yang dapat kita tolong dan bantu.

        Sunnataram Forest Monastery di Bundanoon ini mengingatkan saya kepada Thailand. Kehidupan masyarakat yang tentram di Bundanoon mengingatkan saya kepada padang hijau yang luas di Thailand, tanggul-tanggul dan sungai-sungai, dan khususnya tatkala melakukan latihan yang keras, berjalan melewati desa-desa para petani. Di mana pun saya berada, saya selalu ingat kepada para petani tersebut. Mereka adalah tulang punggung negara, mereka melakukan hal yang baik dan penting bagi kelanjutan hidup kita. Setiap butir nasi yang saya makan untuk tetap hidup adalah tergantung dari tenaga para petani itu, meski terdapat pula pihak-pihak lainnya, seperti pedagang yang memainkan perannya masing-masing dalam usaha untuk menjadikannya makanan yang siap disajikan, yang anda letakkan di dalam mangkuk makan saya. Makanan-makanan semua datang dari petani. Jika kita tidak mempunyai petani tetapi hanya pegawai-pegawai kantor seperti guru, pengusaha, operator komputer, dan pelayanan publik, di manakah kita akan mendapatkan makanan untuk kita makan?

        Tiap-tiap desa yang saya lalui kelihatan gembira dan penuh hormat, dan saya tinggal bersama mereka untuk menolong mereka dengan Dhamma, dan untuk memberi dukungan moral kepada mereka. Saya berjalan dari Thailand Selatan ke Thailand Utara, dan hanya berjalan melewati hamparan padi dengan langkah yang tenang dan damai dari satu desa ke desa berikutnya. Saya melewati jajaran gunung dan hutan-hutan untuk menuju ke desa berikutnya. Jarang sekali saya berjalan melewati daerah perkotaan.

        Jika tak seorang pun yang tertarik dengan agama (sasana), tidak akan ada tempat yang religius. Yang satu bergantung dengan yang lain. Upacara keagamaan dirancang untuk memungkinkan kita dapat mengerti doktrin agama dengan lebih baik, dan untuk membantu batin menemukan kegairahan (semangat/piti). Tetapi kadang-kadang orang terlalu berlebihan, dan tidak menolong batin menjadi tenang dan damai sebagaimana semestinya. Yang terpenting adalah "Dhamma" (sasana). Adalah Dhamma yang mencerahkan Sang Buddha dan memungkinkan Beliau menjadi orang suci (ariyapuggala). Ini berarti seseorang yang mengetahui, yang sadar dan bahagia, dan khususnya seseorang yang mengetahui/menembus Empat Kesunyataan Mulia.

        Sang Buddha memiliki pengetahuan yang tertinggi, atau kesadaran yang paling sempurna, atau pandangan terang, yang disebut Pubbenivasanussati Nana. Ini adalah kemampuan mengingat kehidupan yang lampau, atau "kesadaran-balik". Beliau mampu mengingat kehidupan-Nya yang lampau. Beberapa orang Arahat mampu mengingat 2, 3 atau mungkin 4 dari kehidupan lampau mereka, tetapi ada pula beberapa yang tidak mampu mengingat satu pun. Tetapi jika seseorang Arahat mampu mengingat hanya sebagian dari kehidupannya yang terakhir, itu sudah cukup menuntun kepada penghentian penderitaan (dukkha) dan kekotoran-kekotoran batin (kilesa).

        Sang Buddha mampu mengingat paling sedikit 1000 dari kehidupan-Nya yang lampau, dan menceritakan/mengungkapkan sekitar 500 kehidupan-Nya yang terakhir, khususnya 10 yang terakhir. Beliau menjalani kesempurnaan yang besar (parami), seperti, kesempurnaan sikap bermoral (silaparami), ketika Beliau lahir sebagai raja ular yang dengan ketetapan-hati tak tergoncangkan, bahwa ia tidak akan pernah melukai siapapun. Jika ia dupukul atau ditangkap atau dilukai, ia tidak akan menggigit atau balas memukul. Itu adalah tekad yang dibuat sebagai sumpah atau janji yang tak akan diingkari (sacca). Jadi, jika seseorang dapat menepati janji, ia mendapatkan banyak kesempurnaan.

        Saya sangat suka membaca cerita tentang 10 kesempurnaan Sang Buddha, seperti misalnya, cerita tentang Phra Mahosod, tentang Phra Temeeraja, dan tentang Phra Suwanasam. Cerita-cerita ini menginspirasikan saya untuk mengikuti jejak Buddha, dan membantu saya dalam meningkatkan diri saya sendiri.

        Lingkungan yang alamiah —orang-orang, benda-benda, dan kejadian alam— adalah guru terbaik, dan kita tidak seharusnya mengabaikan hal tersebut. Orang-orang yang cukup pandai mampu mengerti bagaimana lingkungan sekitar mengajar dan membimbing kita. Pohon, kucing, bahkan hewan lucu yang berlarian dan melompat ke dalam lengan saya, yang nampak begitu menyenangkan dan tiada niat untuk menyakiti siapapun, mereka itu semua dapat menjadi guru kita, yang dapat mengajari kita. Itulah mengapa kita senang kepada mereka, tidak takut kepada mereka, sama seperti kalau kita adalah orang yang tiada niat melukai siapapun, yang tidak mengganggu orang lain dan tidak menyebabkan kecemasan. Marilah kita hidup tanpa kecenderungan untuk mengancam atau melukai orang lain. Buatlah agar tidak seorang pun merasa kuatir atau menderita karena kita.

        Mulai saat ini, kita harus berusaha menyingkirkan segala sesuatu yang merupakan ancaman dan sikap permusuhan kita, sehingga orang lain akan merasa nyaman dan tahu bahwa kita tidak berbahaya. Orang-orang yang mengikuti Sang Dhamma tidak pernah mengucapkan kritik kasar, tidak pernah bergosip, juga tidak melukai orang lain dengan perbuatan jasmani atau ucapan. "Orang-orang Dhamma" tidak memandang ke arahmu dengan pandangan yang berbisa, juga tidak dengan pandangan yang marah atau pandangan yang mati. Kita harus berhenti dari sikap mempunyai pandangan mata yang demikian, dan mengubahnya menjadi pandangan mata yang bersinar, dan pandangan mata yang langsung, dengan penuh cinta kasih dan kebaikan, pandangan mata yang menyenangkan untuk dilihat. Ini adalah bagian dari Kesempurnaan (parami).

        Pengetahuan kedua dari Sang Buddha adalah pengetahuan tentang Kematian dan Kelahiran dari makhluk-makhluk hidup, atau memiliki kewaskitaan yang bersifat "terus-mata" (cutupapata Nana). Beliau tidak hanya dapat mengingat kehidupan-kehidupan yang lampau, tetapi juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan dari para binatang; sebagai apa mereka dulunya, dan akan terlahir sebagai apa nantinya. Beliau dapat melihat sebab-sebab dan akibat-akibat, dapat melihat kelahiran kembali dan kehidupan yang berulang-ulang dari semua makhluk. Kemampuan ini disebut "Mata Dewa" (dibbacakkhu Nana). Sang Buddha mengamati kelahiran kembali dan kelahiran yang berulang-ulang yang terus-menerus tersebut hingga Beliau amat letih.

        Pengetahuan Sang Buddha yang terakhir adalah pengetahuan tentang penglenyapan noda-noda batin (asavakkhaya Nana). Ini adalah pengetahuan yang diperoleh oleh Sang Buddha pada saat pengamatan terakhir (waktu jaga terakhir) pada malam itu, sesaat menjelang Ia mencapai Pencerahan. Ini adalah pengetahuan atau kebijaksanaan yang terhalang (anavarana Nana). Hanya Sang Buddha sendiri yang mampu merealisasi kemampuan ini, dan tiada seorang lain pun yang mampu mencapai kemampuan ini.

        Dengan pengetahuan-pengetahuan khusus ini, ajaran Sang Buddha menjadi amat sukses, karena Beliau mengatahui kebiasaan-kebiasaan dari para siswa-Nya sebelum Beliau mengajar kepada mereka. Sama seperti bila anda mengerti seseorang dengan baik, anda dapat menolong dan membantu mereka dalam cara yang paling sesuai, karena anda mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang tersebut, atau bagaimana ia akan menyelesaikan problem-problemnya, dan bagaimana anda dapat menolong mereka.

        Anda semua yang duduk di sini, dengan mata yang bersinar, adalah sangat beruntung dilahirkan sebagai manusia yang mengenal  Buddha Dhamma, dan telah menemukan serta hidup dalam Dhamma. Tidak banyak yang ada pada kita, hanya 2 lubang hidung, 2 telinga, mata yang tak bersalah, dan batin yang dapat mengetahui. Kita harus berusaha menjernihkan batin ini, membuatnya cerah dan tenang sebelum jasmani kita ini memburuk. Apa yang tidak akan mati adalah kebajikan di dalam batin kita, yang akan berlanjut pada kehidupan berikut dan berikutnya tanpa surut. "Rupam jirati maccanam namagottam na jirati"Bentuk binatang pada akhirnya mengalami kehancuran, tetapi nama dan kaum mereka tetap berlanjut.

        Marilah kita semua mencari hanya karma baik, dan membuatnya menjadi landasan kita yang mantap. Berusahalah dengan rajin melakukan kebajikan. Terdapat "jalan", dan terdapat orang-orang yang mengarahkan dan membimbing kita ke sepanjang jalan tersebut, tetapi adakah seseorang yang berjalan di sepanjang jalan itu? Segala sesuatu di dunia ini dengan mudah memikat kita kepada kekhayalan. Jika kita tidak cukup pandai, kita hanya akan membuang-buang waktu saja. Sang Buddha berkata bahwa kita melekat atau menggenggam kepada banyak hal. Jika kita tidak cukup bijaksana, cakap, atau kuat, kita tak akan mampu memotong perangkap itu. Kadang-kadang kita harus memantapkan batin/pikiran kita untuk memotong sesuatu dan melepaskannya, sehingga kita dapat memperoleh sesuatu yang lebih baik atau lebih berguna, sesuatu yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sejati.

        Dunia dan Dhamma saling bergantungan satu sama lain dan berkaitan bersama. Yang mendukung dunia dan meberikan kedamaian adalah Dhamma. Bila kita memilih jalan yang benar, kita akan melihat dengan jelas bahwa jalan Sang Dhamma adalah baik, bersih, bermoral, tenang, damai, dan penuh konsentrasi. Bila kita memiliki batin yang baik, apa yang kita lihat atau dengar akan terasa sejuk, tanang, dan nyaman. Bila kita melihat dengan "mata Dhamma" itu berarti kita melihat dengan perhatian, bukan dengan kegelisahan dan kekacauan. Batin kita ada dalam keadaan damai, dan kita melihat kepada segala sesuatunya dengan damai dan toleran. Seluruh sel di dalam jasmani dalam keadaan tenang, seimbang, stabil, dan dalam kualitas yang lebih baik. Sang Buddha berkata "Dhamma menopang dan meningkatkan kesadaran (sati) dan efisiensi kita di dalam hidup. Itu adalah sumber dari semua hal baik, seperti panjang umur, corak hidup yang baik, kebahagiaan, energi, kepandaian dan kekayaan".

        Marilah kita merenungkan hal-hal baik yang telah kita lakukan pada hari ini, serta kebajikan dan hal-hal baik akan kita lakukan. Kita mesti melakukan hal yang baik, memiliki kode moral dari Dhamma, dan melatih batin kita untuk dapat terbebas dari semua kekotoran batin sebanyak yang mungkin kita lakukan, sampai kita terbebas secara total dari penderitaan.

        Sekarang saya akan mengakhiri khotbah untuk hari ini. Semoga anda semua semakin maju di dalam Dhamma.***


Sumber:

Harta Yang Mulia, Lindawati Tan (editor), pt. Indografika Utama, Denpasar-Bali, 1994