Kelahiran Kembali

oleh: Cornelis Wowor, MA

        Ajaran kelahiran kembali merupakan salah satu aspek Buddha Dhamma yang sangat erat hubungannya dengan Hukum Kamma. Konsep kelahiran kembali dalam agama Buddha merupakan ajaran yang menyatakan tentang adanya kehidupan berulang-ulang dari semua makhluk.

        Dalam Brahmajala Sutta, Digha Nikaya. Sang Buddha menyatakan bahwa manusia telah hidup puluhan ribu kali, hingga tidak terhitung banyaknya, di planet bumi ini. Bahkan manusia yang sama itu pula telah hidup di planet bumi yang lain, sebelum hidup di planet bumi ini. Jadi kehidupan ini merupakan sebuah mata rantai kehidupan yang panjang.

        Tetapi rantai kehidupan ini dapat diputuskan bila kita melaksanakan ajaran yang secara sistematis telah diuraikan oleh Sang Buddha. Pemutusan rantai kehidupan dengan tercapainya pembebasan mutlak (Nibbana) sebagai Buddha atau Arahat adalah tanggung jawab dan usaha pribadi masing-masing.

        Menurut Sang Buddha, kelahiran kembali bukan merupakan perpindahan kehidupan karena tidak ada sesuatu dari kehidupan ini yang berpindah ke kehidupan berikutnya. Kelahiran kembali adalah kelangsungan arus kehidupan dari kesadaran yang terus bergetar karena adanya dorongan dari kekuatan karma. Kelahiran kembali merupakan bagian dari kehidupan, dan kehidupan adalah suatu arus kesadaran (viññana) yang berlangsung terus berdasarkan kekuatan karma. Jadi kematian manusia yang kita lihat dalam kehidupan sehar-hari hanya merupakan perubahan wujud atau bentuk saja karena sesungguhnya arus kehidupan dari orang yang dikatakan meninggal itu, telah lahir kembali secara otomatis (langsung) di suatu alam tertentu atau di bumi kita ini sebagai dewa, manusia, setan, atau makhluk dalam neraka. Kelahiran kembali ini ditentukan oleh karmanya sendiri.

        Sebelum kelahiran kembali dibicarakan lebih lanjut, terlebih dahulu kita pelajari proses berpikir. Setelah itu, kita kaitkan proses berpikir ini dengan proses kematian dan proses kelahiran kembali.

PROSES BERPIKIR
        Menurut Abhidhamma. dalam keadaan biasa. sabi saat berpikir tercKridari lujubbelasgetarankasadaran. yang bertangsung dengan cepat. Adapun proses berpikir pada keadaan biasa adalah:

1. Bhavanga Atita (kesadaran tak aktif lampau)
Bhavanga Atita[1] adalah kesadaran pasif, terdapat pada orang yang sadang tidur nyenyak tanpa mimpi atau pada orang yang tidak memberikan reaksi apapun terhadap rangsangan objek dari luar maupun dari dalam. Kesadaran ini dipandang sebagai tahap pertama dalam mempalajari proses berpikir walaupun proses berpikir itu belum mulai.
[1] Bhavanga diterjemahkan dengan kesadaran. Demikian juga dengan Viññana dan citta misalnya dalam Patisandhiviññana dan Cuticitta dalam proses kematian. Istilah tersebut merupakan kata teknis yang sukar dicari artinya dalam bahasa Indonesia —Red.

 

2. Bhavanga Calana (bhavanga bergetar)
Calana berarti bergetar. Bhavanga calana adalah keasdaran bergetar, misalnya karena ada objek luar seperti suara, cahaya (bentuk) atau rangsangan pada indera yang diterima oleh orang yang tidur. Pada tahap ini bhavanga atita lenyap. Dengan kata lain, bhavanga citta mulai aktif, mulai bergetar. Keadaan ini merupakan tahap kedua. Getaran ini disebabkan oleh rangsangan atau objek yang berusaha rnenyentuh atau menarik perhatian kesadaran pikiran dengan cara mengganggu arus bhavanga.

 

3. Bhavanga Upaccheda (bhavanga berhenti bergetar)
Upacchada berarti memotong atau memutuskan. Bhavanga upaccheda adalah tahap pada waktu getaran bhavanga (calana) berhenti. Akibatnya, proses pikiran muncul dan mulai mengalir tetapi stimulasi (rangsangan) atau objek belum dapat dikenal oleh kesadaran.

 

4. Pañcadvaravajjana (lima gerbang tempat masuk objek)
Pañcadvara berarti ' lima pintu', avajjana berarti 'mengarah pada'. Pañcadvaravajjana berarti kesadaran mengarah pada lima pintu indera, yaitu indera melihat (mata), indera mendengar (telinga), indera merasa (lidah), indera membau (hidung), dan indera peraba (kulit). Pada tahap ini kesadaran dari proses berpikir mulai mengarah untuk mengenal objek. Kesadaran diarahkan untuk mengetahui pada indera mana, dari lima pintu indera, stimulus (rangsangan) akan masuk. Pada tahap ini orang yang tidur baru tersadar dan perhatiannya diarahkan pada sesuatu, tetapi tidak mempengaruhi apapun tantang hal itu.
Bila perhatiannya bangkit, bukan disebabkan oleh rangsangan dari luar —melalui salah satu panca inderanya— tetapi oleh rangsangan dari dalam yaitu pikiran, maka tahap ini disebut Manodvaravajjana atau kesadaran mengarah pada pintu indera pikiran. Dalam hal ini tahap proses berpikir agak berbeda dengan proses yang kita bicarakan sebab tahap kelima sampai kedelapan tak terjadi.

 

5. Pañca Viññana (lima kesadaran)
Uraian pada tahap ini dibicarakan bila proses berpikir didasarkan pada kesadaran yang mendapat rangsangan luar melalui salah satu dari Pañcaviññana (pañca berarti lima dan viññana berarti kesadaran) mulai berfungsi. Bila rangsangan itu berupa bunyi maka Sota-viññana (kesadaran mendengar) yang bekerja. Bila rangsangan itu berupa sentuhan maka Kaya-viññana (kesadaran tubuh/kulit) yang bekerja. Bila berupa bayangan atau objek pandangan maka Cakkhu-viññana (kesadaran mata) yang bekerja, dan seterusnya. Dalam hal ini pada setiap indera terdapat kesadaran indera dan sesuai dengan kesadaran indera ini yang bekerja. Tapi pada tahap ini kesadaran belum mengerti betul rangsangan yang muncul melalui pintu indera, hal ini hanya dirasakan.

 

6. Sampaticchana (kesadaran penerima)
Sampaticcahana adalah kesadaran penerima. Tahap ini muncul bila kesan indera disebabkan oleh rangsangan yang telah diterima dengan baik.

 

7. Santirana (kesadaran pemeriksa)
Setelah kedasaran penerima berfungsi maka muncul fungsi kesadaran pemeriksa (santirana). Pada tahap ini santira na melaksanakan fungsi me meriksa dengan cara menen tukan rangsangan atau objek apa yang menyebabkan kesan indera. Segala sesuatu yang diter ima diperiksa.

 

8. Votthapana (kesadaran memutuskan)
Votthapana adalah kesadaran memutuskan atau menentukan. Pa da tahap ini keputusan diambil berdasarkan rangsangan yang di sebabkan oleh kesan indera. Segala sesuatu yang masuk diperik sa, diputuskan, atau ditentukan.

 

9-15. Javana (kesadaran impuls)
Javana[2] berasal dari kata kerja 'javati' yang artinya ' lari mendo rong atau rnendesak'. Javana adalah impuls kesadaran yang muncul sebagai klimaks dari proses kesadaran dalam berpikir. Karena pada tahap ini seseorang dapat menyadari dengan jelas tentang objek atau rangsangan dengan semua ciri-cirinya. Pada saat ini kesadaran bergetar selama tujuh kali[3]. Javana merupakan saat introspeksi yang diikuti oleh perbuatan.
[2] Javana adalah kata teknis yang sulit sekali diterjemahkan dengan tepat —Red.
[3] Pada orang yang akan meninggal, javana hanya bergetar sebanyak lima kali —Red.

Kamma atau karma mulai berproses sebagai karma baik atau kar ma buruk karena kemauan bebas (free will) ada pada javana. Pada tahap ini karma dicetak. Tahap-tahap lain dari proses berpikir merupakan gerakan refleks dan harus muncul.

Sedangkan javana merupakan tahap dimana kesadaran bebas untuk menentukan atau memutuskan. Dalam javana ada hak untuk memilih dan mempunyai kekuatan untuk menentukan masa depan sesuai dengan kehendaknya (kammanya). Bila ada suatu hal salah dimengerti (ayonisomanasikara) dan perbuatan telah dilaksana kan, maka hasilnya tidak menyenangkan atau karma buruk.

 

16-17. Tadalambana (kesadaran merekam)
Tadalambana berasal dan kata 'Tadarammana' yang artinya 'objek itu' karena kesadaran ini mempunyai objek yang sama dengan javana. Tadalambana adalah kesadaran mencatat atau merekarn kesan. Tadalambana terdiri dari dua saat, merupakan akibat yang muncul segera setelah javana. Fungsinya, mencatat atau merekam kesan yang dibuat oleh javana. Tadalambana bukan bagian yang paling penting dari proses berpikir karena fungsinya hanya merekarn kesan saja. Jika kesan yang dibuat tidak ada maka tadalambana tidak akan muncul.

Suatu hal yang perlu diperha tikan dalam uraian ini bahwa tujuh belas tahap yang mem bentuk satu proses berpikir hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek[4].

[4] Satu kali proses berpikir memerlukan waktu kurang dari sepersepuluh ribu detik. Perhitungan ini sebagai gambaran bahwa proses berpikir berlangsung sangat cepat, sedangkan kita selalu berbicara dalam konteks ruang dan waktu.

Perkembangan proses berpi kir berbeda-beda pada setiap objek karena adanya intensi tas rangsangan yang berbe da. Jika intensitas rangsangan bagus maka suatu proses berpikir yang sempurna terjadi, proses pikiran mencapai kesadaran tadalambana. Ke adaan ini disebut 'amat be sar'. Bila proses berpikir ha nya mencapai javana, de ngan kata lain, tidak menca pai kesadaran tadalambana maka proses pikiran seperti ini disebut 'besar'. Jika proses berpikir hanya sampai pada kesadaran votthapana (pe nentu) tanpa mencapai kesa daran javana (impuls) maka proses pikiran ini disebut 'ke cil'. Ada kalanya objek hanya masuk sampai kesadaran bhavanga calana (kesadaran bergetar), maka proses pikiran seperti ini disebut 'amat kecil'.

Bilamana proses pikiran yang dicapai 'amat basar' atau 'be sar' yang diterima melalui panca indera maka proses ini diproses melalui manodvara (pintu indera pikiran). Juga, jika proses pikiran berlangsung melalui manodvara hingga mencapai kesadaran tadalambana hingga mencapai keadaran tadalambana, maka objek itu dinyatakan 'jelas' Sedangkan, bilamana pro ses pikiran melalui manodvara lenyap pada kesadaran javana ma ka objek itu dinyatakan 'kabur' karena tidak terekam oleh kesadaran tadalambana.

Tahap proses pikiran yang disebut 'amat besar', 'besar', 'kecil', dan 'amat kecil'; erat kaitannya dengan apa yang disebut ingat dan lupa. Pada tahap proses pikiran disebut 'amat besar' maka seseorang akan dapat mengingat objek yang direkamnya. Tetapi ingatan pada objek ini tergantung pada intensitas rangsangan objek atau berapa kali kita merekarn objek tersebut. Kalau intensitas rangsangan objek itu kuat sekali maka kita akan cepat mengingat objek itu. Contoh bila kita mengalami kejadian yang sangat menye nangkan atau kejadian yang sangat menyedihkan maka kedua kondisi ini kuat sekali terekarn oleh kesadaran kita sehingga sa ngat mudah mengingat kejadian itu. Itulah sebabnya keadaan yang disebut nostalgia atau trauma mudah diingat.

Sedangkan proses pikiran yang mencapai tingkat 'besar', kecil', dan 'amat kecil' adalah keadaan yang tidak dapat diingat lagi setelah proses pikiran memproses objek yang lain. Kondisi ini disebut 'terlupakan'.

Mengapa orang berpikir? Kita berpikir karena memiliki perasaan (vedana) dan pengalaman/pencerapan (sañña). Kapan kita memi liki pengalaman? Pengalaman terjadi karena ada objek yang dire kam dalam pikiran yaitu kesadaran tadalambana. Semua hal yang direkam oleh kesadaran tadalambana (dalam proses berpikir) di kumpulkan dalam kelompok saññakhandha. Jika seseorang tidak memiliki perasaan (vedana) atau pengalaman (sañña) maka pi kirannya tidak bekerja. Dengan kata lain, bila ada sebuah objek baru, pikiran belum bisa rmngetahui tentang objek itu. Pada saat ini pikiran berada pada tahap mau tahu. Inilah sebabnya anak kecil yang belum tahu (belum ada rekaman pengalaman) tentang pa nasnya nyala lilin, misalnya, ia ingin memegang dan menyentuk nyala lilin itu. Akibatnya dia merasakan (melalui kulit-kayadvara) keadaan yang tidak menyenangkan yaitu kepanasan. Bila kita memegang tang anak kecil itu untuk disentuh lagi pada nyala lilin, maka dia akan menolak dengan gerakan dan tangisan sebabia tidak mau kepanasan lagi. Dengan kata lain pikiran anak itu sudah bekerja sebab ia te lah memiliki pengalaman.

Gerakan refleks menurut aga ma Buddha adalah gerakan yang dilakukan sebagai respons dari suatu kondisi yang disukai atau tidak disukai ka rena kondisi itu pernah di alami. Dengan demikian ge rakan refleks adalah gerakan yang dilakukan berdasarkan pengalaman. Jadi gerakan re fleks adalah gerakan yang di lakukan sebagai pengejawan tahan dari proses berpikir yang bekerja dengan cepat sekali. Gerakan refleks adalah hasil dari pikiran.

PROSES KEMATIAN
        Setelah mernpelajari tentang proses berpikir, maka kita dapat dengan mudah mempelajari cara kerja proses pikiran pada saat kematian. Dengan mempelajari dan mengerti tantang proses pikiran pada saat kematian maka kita akan dapat memperhatikan apa yang berlangsung setelah kematian karena hanya dengan cara ini kita dapat mengerti tentang kelahiran kembali.

PENGARUH KELAHIRAN PADA JASMANI
       
Manusia terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin (nama-rupa). Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat antara bunga dengan bau. Kematian hanya merupakan pemisahan antara kedua faktor itu. Bilamana orang berada pada saat-saat menjelang kematian, jasmani dan batinnya (nama-rupa) lemah. Mungkin seseorang selalu kuat tetapi pada saat menjelang kematian ia menjadi lemah. Hal ini terjadi karena pada waktu kesadaran bergetar sampai tujuh belas getaran dan pada saat getaran itu akan selesai tak ada fungsi baru dari jasmani yang terjadi, seperti kipas angin listrik yang arus listriknya diputuskan sehingga tidak ada tenaga lagi. Jika kombinasi jasmani dan batin terpisah, jasmani dan batin tidak lenyap. Jasmani akan mulai berproses menjadi lapuk. Jasmani atau materi tak dapat lenyap tetapi akan terurai menjadi zat padat, cair, dan gas. Elemen ini tak akan lenyap tetapi bentuk elemen-elemen itu saja yang berubah.

PENGARUH KEMATIAN PADA BATIN
        Apakah yang terjadi pada batin setelah meninggal? Batin, tidak berbeda dengan jasmani, tetap berproses. Proses perubahan batin dari satu keadaan ke keadaan yang lain berlangsung terus dengan cepat sehingga bagi orang yang tidak mengerti akan menganggap batin ini tetap kekal. Kematian tidak menghentikan proses batin. Proses pikiran tidak berhenti pada saat kematian karena pada saat terakhir sebelum saat kematian yang disebut maranasañña, javana citta —walaupun lemah dan tak dapat membuat buah pikiran baru— memiliki suatu potensi yang sangat besar untuk mengetahui atau melihat salah satu dari tiga objek pikiran yang masuk dalam pikiran dari orang yang akan meninggal. Objek pikiran yang muncul ini tidak dapat ditolak. Munculnya salah satu dari tiga objek pikiran inilah yang menyebabkan sebuah pikiran baru muncul. Pemunculan salah satu dari tiga objek sebagai tanda kematian bukan dihasilkan oleh kekuatan dari luar, tetapi berdasarkan pada perbuatan (kamma) orang tersebut selama hidupnya. Kamma yang bekerja pada saat seperti ini disebut janaka kamma. Kematian ini merupakan refleksi dari perbuatannya sendiri.

        Bagaimana proses batin atau pikiran pada saat kematian?

PROSES KEMATIAN PADA BATIN
       
Menurut paidangan Buddhis, kematian terjadi karena salah satu dari empat hal, yaitu:

I. Kammakkhaya (habisnya kekuatan janaka kamma)
Jika potensi dari janaka kamma atau kamma yang mengatur kelahiran ini telah habis, maka aktivitas organ jasmani yang memiliki daya hidup (jivi tindriya) akan mati walaupun batas usia kehidupan di alam tertentu itu belum habis. Hal ini biasanya terjadi pada mak hluk yang lahir di alam menye dihkan (apaya); neraka, bina tang, peta, dan asura, juga di alam-alam lain.
II. Ayukkhaya (habisnya masa kehidupan makhluk)
Hal ini terjadi sesuai dengan batas usia kehidupan makh luk di masing-masing alam.
III. Ubhayakkaya
Habisnya janaka kamma dan ayu (masa kehidupan) secara bersama-sama.
IV. Upacchedaka Kamma (munculnya kamma panghan cur atau pemotong yang kuat sehingga seseorang mening gal lebih cepat)
Kematian seseorang terjadi karena ia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk sehingga meninggal dunia secara tiba-tiba sebagai aki bat perbuatan buruk tersebut, walaupun janaka kamma maupun usia kehidupannya belum selesai. Suatu kakuat an tertentu dapat menghenti kan kendaraan yang melaju. Demikian pula, kamma yang kuat da pat rnelenyapkan potensi dari arus proses berpikir dan mengakibatkan seseorang meninggal.

Kammakkhaya, Ayukkhaya, dan Ubhayakkhaya disebut 'meninggal pada waktunya' (kala-marana), sedangkan meninggal karena Upacchedaka Kamma disebut 'meninggal bukan pada waktunya' (akala-marana).

Untuk memperjelas tentang kematian di atas, makhluk hidup diumpamakan seperti lampu minyak. Lampu akan padam karena empat hal yaitu minyaknya habis, sumbunya habis, minyak dan sumbunya habis, atau kerena ada angin yang kencang.

Uraian di atas adalah tentang kematian secara umum sedangkan kematian secara khusus dilihat pada proses kematian yang berlangsung pada batin seseorang. Berikut ini akan dibicarakan proses kematian yang berhubungan erat dengan proses berpikir yang telah diuraikan di atas.

Hanya ada sedikit perbedaan antara proses pikiran pada saat menjelang kematian dengan proses berpikir dalam keadaan biasa atau normal. Proses pikiran pada kematian adalah:

1. Bhavanga Atita.
Keadaan kesadaran ini tidak berbeda dengan kesadaran pa da proses berpikir biasa.
2. Bhavanga Calana
3. Bhavanga Upaccheda
Ketentuan kadua bhavanga ini sama seperti di atas. Karena di sini membicarakan proses kematian, jadi yang ditentukan adalah proses pikiran orang yang akan segera meninggal. Pada tahap ini orang yang akan meninggal belum dapat mengenal rangsangan yang terjadi. Rangsangan yang dibicarakan sekarang adalah salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kema tian.
4. Manodvaravajjana (kesadaran mengarah pada pintu indera pi kiran)
Manodvaravajjana adalah kesadaran mengarah ke pintu indera pikiran. Pada waktu membicarakan pro ses berpikir normal, dibi carakan tentang pañca dvarajjana yang terjadi ji ka rangsangan dapat dikenal atau diketahui oleh salah satu dari lima indera yaitu melihat, mendengar, mencium bau, merasa (mengecap), atau menyentuh. Tetapi dalam kasus tentang proses ber pikir pada kamatian, rangsangan yang muncul bukan dari luar melainkan dari dalam yang merupa kan pikiran atau ingatan, yang hanya dapat dikenal melalui pikiran.
5. Maranasañña Javana Cit ta (impuls javana mende kati kematian)
Maranasañña javana citta adalah impuls javana mendekati kematian yang merupakan tahap psikolo gis yang penting. Pada orang yang akan mening gal hanya ada lima impuls javana[5]. Salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kematian muncul pada tahap ini. Pada saat salah satu objek itu mun cul, getaran bhavanga terhenti. Kesadaran ber proses melalui manodvaravajjana dan tiba pada javana. Pada saat ini kesadaran pikir an dapat mngetahui dengan jelas rangsangan yang ada.
[5] Pada proses berpikir normal, javana bergetar sebanyak tujuh kali. Lihat dalam proses berpikir normal di atas —Red.
Tiga objek pikiran atau tanda kematian itu adalah:
a.
Kamma
Ingatan pada suatu berbuatan baik atau buruk yang hebat atau penting, yang pernah dilakukan seseorang sebelum meninggal muncul padanya; walaupun kematian itu terjadi seca ra tiba-tiba. Bila ia telah melakukan salah satu dari karma berat yang buruk (akusala garuka kamma)[6] atau telah melakukan karma mencapai jhana-jhana atau ke-ariyapunggala-an, maka ia akan mengingat atau mengalami kamma tersebut sebelum saat kematian. Karena kamma berat ini sangat kuat, maka kar ma yang lainnya tertekan dan karma seperti ini akan jelas di dalam pikiran.
[6] Lima jenis perbuatan yang termasuk akusala garuka kamma adalah membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh arahat, melukai seorang Buddha, dan memecah belah Sangha —Red.

 

Bila dia tidak pernah melakukan garuka kamma, perbuatan (kamma) yang dia lakukan menjelang  kematiannya (asanna-kamma) yang disebut 'kamma menjelang saat kematian' men jadi objek ingatannya. Jika asannakamma tidak dilakukan ma ka suatu perbuatan yang sering atau biasa dilakukan (acin nakamma atau bahulakamma) akan muncul dalam ingatan nya, seperti memberikan dana karena ia dermawan, memberi kan khotbah karena dia seorang dhammaduta, atau mencuri karena ia maling, dan seterusnya.

Jika garuka kamma, asannakamma, dan acinnakamma tidak ada, maka perbuatannya tertentu yang tidak berarti atau per buatan yang hanya sekali dilakukan; apakah itu perbuatan baik atau buruk, yang dikenal sebagai katattakamma, yang akan teringat olehnya. Jika ingatan itu tentang kamma baik ia akan terlahir kembali menjadi manusia dengan kondisi yang baik, tapi bila ingatan itu tentang kamma buruk maka ia akan terlahir kembali dalam keadaan yang lebih buruk daripada keadaan sekarang atau terlahir kembali di alam menyedihkan menjadi setan, binatang, atau di neraka.

b. Kamma Nimitta
Pada orang yang dalam proses akan meninggal. kadang-ka dang suatu ingatan muncul dengan sendiri, bukan merupakan ingatan tentang sesuatu perbuatan baik atau bu ruk tetapi suatu simbol dari perbuatannya. Kam ma adalah perbuatan, se dangkan nimitta adalah bayangan. Demikianlah, bagi seorang tukang jagal mungkin dia melihat pi sau, pemabuk melihat botol, orang saleh melihat al tar. Hal ini dilihat dengan mata batin, bukan dengan mata fisik.
c. Gati Nimitta
Objek pikiran dari orang yang akan meninggal du nia juga dapat berupa simbol dari atau harapan akan tempat ia akan ter lahir kembali. Misalnya, muncul bayangan api, maka orang itu akan ter lahir kembali di alam neraka; sedangkan orang yang melihat bunga yang indah akan terlahir di alam surga.
6. Tadalambana
Setelah tahap kesadaran impuls dari maranasañña javana citta, muncul ta hap kesadaran tadalam bana (lihat uraian di atas).
7. Cuti Citta (kesadaran ke matian)
Kesadaran ini adalah ke sadaran terakhir yang ada pada kehiduoan sekarang. Cuti berarti lenyap atau mati. Pada tahap ini proses kematian berakhir, keadaan atau kekuatan cuti citta sama dengan kekuatan bhavanga citta. Ke sadaran ini merupakan kesadaran dari bhavanga yang terakhir. Kesadaran ini selanjutnya berfungsi sebagai bhavanga citta pertama pada ke sadaran dari kelahiran berikut yaitu patisandhiviññana (kesadaran kelahiran kembali). Cuti citta secara sikologis tidak ter lalu penting karena cuti citta hanya merupakan kesadaran ke matian. Akhir dari proses pikiran bukan pada cuti citta tetapi maranasaññajavana citta. Pada saat cuti citta, kematian tiba.
8.



8. PatishandiVinnana(l<esadarankelahirankerrtf3aB)' ~ lii
Pada saat cuti citta muncul dan berakhir dengah ~teu-
kan berarti proses kesadaran terhenti karena~em~tian.ttapi
proses kesadaran masih bergetar terns deh~g~irimn~llilya
patisandhivinnana atau patisandhicitta p~MH<ut.
pada kehidupan baru. Cuti citta dan na-
ma khusus yang diberikan pada bhavang~lian
nama teknis ini digunakan untuk mempefmut:hah~Kl&'rr»9rtipe-
laiari dan menaerti oroses kelahiran kemba~l~~~gaa

.—,—., ___, .,,-..3—•• r-—-- - •——••.—• ,.—.—.—.~~..».—.~.— -——
tersebut adalah sama yaitu kesadaran bhaii~cae:lp~:ber-
proses dan sebab proses itu berlangsunQ datorri serft. rutan
sama serta berkesinambungan maka obiMkdarikiacutf'iitfsa-
daran (cuti citta dan patisandhi citta) adaltfi s~'l~ di-
ingat di sini bahwa yang menghasilkan paKis~ah
nnarana sanna javana citta bukan cuti citt8 Irtg~.~lart~ite-
rangkan di atas, bahwa kamma dibuat atau ~t«tel)'jgatlatiahap
proses javana. maka akibat kamma yang ditH~ir~SM~iliana
muncul hasilatau buah kamma. Demikiaft puli'(~fift1hal ini,
oatisandhi vihnana dihasilkan olah marana saMatavana citta

sebagaiakibat. I

 


PROSES KELAHOUm CEMBALI
Berdasarkan pada uraian tentang proses berpikir donOtoM~ ke-
matian maka tidak sulit untuk mengikuti atau rTftmpetojarf'tiirttartg pro-
ses kelahiran kembali karena proses kelahiran kembaft hanya merupa-
kan kelanjutan dari proses kematian. Proses kelahiran l«UTnbal_hanya
bertangsung lima tahap dalam batin seseorang sebag«~)~tkut:
1 Patl«anrthi\IMana ..,••i~<"•'

No. 31 tahun ke3, 09~1f!U.•.. 1 31
Patisandhi Vinnana adalah
kesadaran kelahiran kembali.
Datarn uraian tentang proses
kematian, patisandhi vinnana
disebut pada urutan terakhir.
Penyebutan ini bukan berarti
bahwa patisandhi vifinanater-
jadi pada pikiran dari orang
yang akan meninggal dunia
itu tetapi untlik menunjukkan
proses sebab akibat yang
berkesinambungan dalam
proses kematian yang kelak
akan terlahir kembali.
Patisandhi viflnana hanya me-
rupakan akibat dari marana-
sanna javana citta. Patisandhi
viMana hanya muncut atau
ada pada batin atau pikiran
makhiuk yang baru terlahir
kembali. Jika makhiuk yang
terfahir kembali sebagai ma-
nusiamaka patisandhi vinna-
na muncul pada ovum yang
baru dibuahi oleh sperma di
dalam kandungan atau ta-
bung (untukbayi tabung).
Bersamaan dengan adanya
patisanhi vinnana terjadi pula
'kelompok sepuluh dari jas-
mani' (kaya dasaka). 'ketom-
pok sepuluh dari kelamin'
(bhavadasaka). dan •kelom-
pok sepuluh dari kedudukan
kesadaran' (vatthu dasaka).
Kaya dasaka terdiri dari ele-
men padat, cair, panas.gas.
wama, bau.rasa, sari makan-
an. indera kehidupan, dan tu-
buh (yaitu bagian luar tubuh

yang peka-pasada). Bhava dasaka terdiri dan 1 sampai 9 seperti
pada kaya dasaka dan kelamin. S6dangkan vatthu dasaka terdiri
sari 1 sampiai 9 seperti pada kaya dasaka dan kedudukan kesada-
ran.
Menurut padangan Buddhis, kelamin ditentukan pada saat pem-
buahan dan dihasilkan oleh kamma. Walaupun demikian, kelamin
belum berkembang pada saat pembuahan. Kelamin adalah laten.
Jadi, dengan adanya patisandhi vilWana maka kombinasi jasmani-
batin yang baru mulai berkembang dalam kandungan atau ta-
bung. Sperma dan ovum orangtua menyiapkan materi sedangkan
patisandhi vilWana menyiapkan batin. Patisanefrii vinnana berhu-
bungan dengan kehidupan yang lalu dan kehidupan yang baru.
Proses kesadaran tidak pemah berhenti. Kesadaran terakhir dari
makhiuk yang meninggal berproses terus dan menghasilkan ke-
sadaran lain tetapibukan dalam tubuh yang sama. Kesadaran lain
itu adatah patisandhi vinnana yang hanya bergetar sesaat lalu le-
nyap dan langsung diikuti oleh bhavanga citta.
Dinyatakanpula bahwa ada empat macarncarakelahiran dari
makhiuk. yaitu:
a. Jalabufa yaitu makhiuk yang lahir melalui kandungan seperti
manUsia, dan binatang-binatang tertentu.
b. Andaja yaitu makhiuk yang lahir melalu! telur seperti unggas,
ular(kecuali King Snake, di Amerika Selatan yang melahirkan
anaknya),buaya,danbinatanglainnya.
c. Samsedaja yaitu makhiuk yang lahir dari tempat yang lembab
atau bukan dengan cara jalabuja atau aridaja, seperti bina-
tang tingkat rendah.
d. Opapatika yaitu makhtuk yang lahir secara spontan. Biasanya
makhiuk yang lahir secara spontan adalah makhtuk yang tak
terlihat oleh manusia biasa: contohnya para dewa, peta. atau
setan. asura, dan makhiuk dialam brahma. (lihat tabel Alam
Kehidupan)
2. Bhavanga Citta .
Setelah patisandh) vinnana lenyap. bhavanga citta muncul dan
bergetar selamaenanbelas saat. Padatahap embriyo maka ia
masih merupakan bagian tubuh sang ibu. Oleh karena itu bhawan-

32 • Jalan Tangah

3. Manodvaravajjana
Telah disebutkan di alas bah-
wa bhavanga cMa hanya ber'
langsung selama onambelas
saat dan lenyap. Kemudian
muncul manodvaravajjana.
Bhavanga citta memberikan
jalan untuk berlangsungnya
proses berpikir berdasarkan
pada keinginan yang muncul
datam batin dan embriyo ka-
rena kehidupan barunya.
4. Javana
Setelah manodvaravajjana ie-
nyap, javana atau impuisi ke-
sadaran muncul. Javana me-
tangsungkan kesadaran yang
terjadi pada manodvarajjana
yaitu keinginan pada kehi-
dupan baru, mengembang-
kan keinginan makhiuk baru
(bhavanikanti javana). Javana
bergetar selama tujuh saat.
kemudian lenyap.
5. Bhavanga Citta
ketika javana lenyap. bhavan-
ga citta muncul dan bergetar.
Bhavanga citta bergetar terus
hingga ada sesuatu yang
menghentikannya. Pada wak-
tu bayi lahir. ia mulai bertw-
bungan dangan dunia luar,
maka proses berpkir normal
mulai bertungsi.
ALAM-ALAM KEHIDUPAN
Manurut nandanaan aaama

• .: •~.'<~mt;•••.~ ".•
Buddha, bumi kita ini hanya menrpakan s,¹li,ll1MLl'6tik.)~i's«ia. d
alam seroesta. Bumi bukan meiupatan satu«aiKinyat«i)patt(«hidL)p-
an makhiuk. Juga bukan hanya manusia ~Q:jnnynJ-
pakan makhhA yang hidup di burni ini. Jumlahbunj&WM£Mwsta

ini banyak sekali. Begitu pula dengan rnakhM(hKluo«_

w

Mianiran oapat leqaa) ai aiam yang lain. Aqa o;

kehidupan yang dapat menjadi tempat keiahiran (kei~ll:R«fc!hlul<
berdasaikan pada kamma baik atau burukdari mM<wwna ber-

sanakutandihat label AlarnKehiduDan) . .' ,

•ST.. •~«. ~ ••
Aria wnnat alarn tiriak nwnuanannIeiM Minnati

—lr•y« (ni + aya: ianpaKeoanagiaan).„ai«fT1.nn
pat makhiuk-makhiuk menarima clan mei~aterni,
buruknya. Niraya dikenal juga sebagain6Fal«,tc
nalron narflira uann lfAkal hPni moLMi L CA~ti~

poncBi imicuui yoly nolUM uayi lliaMiNJR. tWWI«
hi in ticnua mplpmlrh rnaka maLHi Jf ih i riArhAt I

wuiuniiya IIIGIOIIWB) iiicina rrlararrr u ua
alamyang lebib balk. atau rnenye~
baik mareka yang lampau.

2. TImecliMM yoni, yaitu alam it~r: r·*i.;.::·pi;;;;;;;
menjadj binatang karena adanya kaia6unil(..Bl~
Iski· L·~i)rrlii »».h.».MM •»«•»• l*Mk «L,&kJh*

(anir Kemoali seoag~i manusia aK»ai nifSU K0ripa MM

iampau maupun seKarang. waiaupun niaup.iflpaga* EunfU~pg.
ada binatang tertentu (anjjng. kucingidan lain-liw)lyanghi~up le-
bih baik darioada manusia. Kehiduoan vano baik biriatana toree-

but karena hasil dan karma baitolvacit nimawanalftroaiiJ.

•i. pwuwoni, yanu maKniuK yang war(.F
lfhh ~mdthil iff f4i alam na*a ini ftitJn'al'

niiiun-iliGMilun ui aalll pota Mn uim
'Peta merupakan makhIuk-maWiluk
na d~n berbada-becto tMWiuknylL.J
blJtkan bahwe ada tukana iaaal va

m««nw i krw f««« HMW w—W* qf ps

_~ -.i~6,~:~•l••~~ •,-.„.•.•=•-
Ada empat macam p«ta y«<»fc;.-.~LL Si-v !iJ Mi-
a. VclnfasAa petayanohaup~aalllmn;· ;x"·rr· YI? "' :
h MumruMeiM MiauMolMWutaMriItnHiW*. ~

K. rC~Clcycli~ru,, YU Y r~»-.•~-
U» «4 r~rrusk8::
litllr

~~aJ.••Kiu&'A•

~aradaitUpSi)vn10"~8~; ~rtS"-" carnpufanaTitafa menyenangkan

disebut dalamTiroAuc~ Sut- dgn mer1ji'8filihkan.Para isiodhisatta memilih alarn manusia sebagai
ta. adatah pe~i ji~a~:'tj~liat'l)rltUlfmaayani donia dah untuk mencapai kesern-
tertotong bila mendapat pern- pumaan menjadi Buddha. Para Buddhaselalu lahir sebagai manu-

"'tian; t;itiT~m&h'Jasa'cfer~"~sl..... ~~"• ,-,.-
'keTuargatnyayarig'rnasift'fti--'/':~''' "V' L
"''dLlp. AkibatnyaTiatiiii Y,ri'":iii -'-·····- ,.;- :.; — atarri ctewaempat pe~IFjnr:
lahir kembali di alam yang leJ'~~"~arTf'ifti ffierup~an alarnkehiduparidari para dbwaFpeHndung di
bih baik atau menyenangkan. empat penjuru bersama para pengikutnya. DrewSpohiDn,'ctewa bu-
Sesungguhnya tidak ada mi. dewa anClkasa, dan lain-lain termasuk dajam9lam dewa~i.
pemb~ian, perlimpahan ··---- . sv-.-t--' •••-.....:.a.».."
"atau1(~iffll~~lsa~el')Wa'ffi»-~''''~''l~rtfitllft»«'—al~W~l'lla dan tigapuluhtiga dewa, alam dan raja
'reka: M~afertolon~~areria """~wETSat~a:- ;;;;; " " ' - '• •
ihat-·-·~;·· Sr
"kebaikkan"atas~ar~[anya.'K'e- ~ma"ti~abulaT1"dialamini.:: ---

tika merel<a rfflBliH~;:perbua'1- '
an baik dan keluarganya itu.
yang dilakukan atas nama-
nya, mereka menjadi senang
(janturutbergembira (mud~a
:·itta) dehgan perbuatari'6Sil< '
"itu. "Karena ia memunculkan
pikiran baik (mudita citta) pa-
;dadirinya sendiri maka seca-
'''ra langsung diatetah berbuat
karma baik melalM batinnya
sendin. Karma baikinitajl,
ya~g:he~•a. KariTia
baik yang dibu&tn»a sending'

__·ulrpnI, atom temp«t se-
'' tan asura. Asura sacaraharfi-
ah berarti makhiuk yttigtictok
bersinar. Asura merupakan
makhhJk yang tidak bahagia,
seperti peta.
Tujuh atam menyeniangkan

4. Ywm — alam surgapara dewa Yama.
5. Tu»l«~ — alam sorga m.@nyenangkan.
' Biasanya~~~dftti~tta yang hampir sempuma paramita— nya
":hiaup'tlialamini-Alam inimerupakan alam terakhir bag! Bodhisat-
tasebelum tertahir'di alaiti manusia sebagai manusia untuk men-
jadi Sammasambuddha.
Raitu MayaDevi, tujuh hari setelah melahirkan Pangeran Siddhatta,
menipggat,dunia dan terlahir di alam ini. Dari alam ini, beliau ke
alam' surga Tavalimsa'urrtlik mendengarkan Abhidhamma yang di-
ajarkan oleh Sang Buddha. -" ' ~ "
••••~ li,.i,IF-—-,~ '?':{~•~-•S.,•'-e". ' ~'•••. .'•••' •
e.NMmrtumirirtI —Alam'surga daripada dewa yang menikmati
kesenangan istana-istanayang dhii~takanmereka.
7•: HbnilImftiKiwilMHMrttI — alam surga dari pada dewa yang
rnenikmaticiptaan-ciptaan para dewa lain. Kehidupan para dewa
di alam ini bagakan orang yang selalu diundang ke pesta besar.
01 11 III YIL~nCUI VI~
• ~ g'•~\ "'" ••• .'
~ ' Al~n-alan toreebuf tli'atas merupi~an atom surga dari para dewa
ywg tubuh IteilQiya lebih halus dan lebih bersih daripada tubuh manu-

~

1~1

»~'~\\~

34- • JalanTMaah
Alam-alam brahma atau Ru-
paloka (alarn benluk) lebih tinggi
dan alam nafsu (kamaloka). Pada
alam ini, rnakhIuk-makhkJk merek-
mati kesenangan jhana yang di-
hasilkan oleh meditasi. Makhiuk-
makhiuk di alam ini tidak memiliki
natsu indera dan juga tidak me-
miliki kelamin.
Rupa loka terdiri dari enam-
belas alam dibagi sesuai dengan
tingkat jhana yang dicapai. Alam-
alam itu adalah:
a. Alam jhana pertama
1. Brahma Parisaija — alam
pengikut brahma.
2. Brahma Purohita — alam
para menteri brahma.
3. Maha Brahma — alam
Mahabrahma.
Alam-alam ini dicapai oleh se-
seorang apabila ia meninggal
dunia pada saat berada da-
lam meditasi dan mencapai
jhana 1. Jika jhana pertama
kuat sakali maka ia akan teria-
hir kembali di alam Maha-
brahma: yang sedang teriahir
di alam Brahma Purohitta: clan
yang agak tomah teriahir di
alam Brahma Parisaija- Dari
ketiga alam jhana I ini. Maha-
brahma melebihi todua alam
lain dalam hal kebahagtoan.
keindahan. dan batas mam-
sia.
b. Alam Jhana kedua
4. Parittabha — alam brah-
ma cahayg kecil.

5. Appamanabha — alam brahma cahaya tanpa batas.
6. Abhassara — alam brahma gemertapan.
Perbedaan kelahiran dan orang yang telah mencapai jhana II ter-
gantung pada kflkuatan jhana II
c. Alam Jhana ketiga
7. Parittasubha — alam brahma aura kecil
8. Appamanasubha — alam brahma aura tanpa batas
9. Subhakinha — alam brahma aura tetap.
Kelahiran di alam ini tergantung pada kekuatan jhana krtiga.
d. Alam jhana keempat
10. Vehapphala — alam brahma pahala besar.
11. Asannasatta — alam brahma tanpa pikiran.
Dikatakan bahwa bila pada makhiuk Asannasatta muncul pikiran
maka ia lenyap dan alam ini dan teriahir di alam lain.
Lima alam benkut disebut alam Suddhavasa atau alam kediaman
suci. yaitu:
12. Aviha
13. Atappa
14. Sudassa
ISSudassi
16Akanmha
Makhiuk yang dapat tartahir di lima alam Suddhavasa ini hanya
para anagami yaitu para anagami yang tidak melaksaiakarTmedi-
tasi atau yang tidak meninggal pada saat berada datom jhana 1,11.
II. atau IV. Jka anagami berada dalam jhana maka ia akan teriahir
sasuai dengan jhana yang dicapainya. Orang biasa. Sotapanna
maupun Sakadagarri yang telah mencapai jhana (V tidak dapat
teriahirkembali di salah satu alam Suddhavasa ini. kecuali di alan
Vehapphapata dan AssaTMasatta. Anagami yang mencapai jhana
IV akan teriahirkembafidialan Vehapphala. tidak dialamAssafi-
nastita.
Di samping alam benluk (rupaloka). terdapat alam tanpa brnluk

36 • Jaton T»ngah

(arupa toka). Alam arupa loki
adalah alam tanpa jasmani. Da
lam arupaloka tidak ada kelamin
Alam ini dicapai setelah sese
orang sukses dengan meditas
r(«n man~anli an tna lhana

Arupaloka terdiri dari empat
alam yaitu;
1. Akasanancayatana — alam
ruang tanpa batas
2. Vinflanaflcayatana — alam
kesadaran tanpa batas
3. Akincaflnayatana — alam ke-
kosongan
4. N'eva Sanna Nasannayatana
— alam bukan ide maupun
~iibAn lll·onn i~A

Makhiuk-makhiuk yang beluro
rnelenyapkan semua kekotoran
batinnya akan teriahir kembali di
salah satu dari tigapuluh satu
alam berdasaikan pada parbuat-
annya. Bagi para arahat atau
Buddha yang telah melenyapkan
semua kekotoran batin. b'rta mere-
ka meninggal dunia (parinibbana)
tidak akan teriahir kembali di sa-
lah satu dari tigapuluh satu alam.
Ketika para arahat dan Buddha
meninggal, mereka parinibbana

aiau meninggai secara ioiai.
~~

1. Bnwanga ditenemankan dengan kasadaran. Denwanfil~lil

gan vmnana dan Citta misamya dalam PatisananivinnaMOWrOu-
ticitta dalam proses kematian. Istilah tersebut ~ftipakanJ~l~-
nis yangsukar dicari artinya dalam bahasaindonosia. '<•~~
- ~~
2. Javana adatah kata teknis yang sulit seteli d<terj~Mllln
tepat- . *- .i. r·?a~-"-':':ci·
3. Pada orang yang akan meninggal. iavanahanyiabe~etar.~
ftyaklima kali. •'
4. Satu kali proses berpteir memerlukan waktu Wen~M~iffMa-
puluh ribu detik. Perhitungan ini sebagai~prcuses
berpikir bertangsung saigat cepat. -,-- -
cara dalam konteks ruang dan waktu.
5. Pada proses berpikir normal, javana bergetar sebanyalttu)uh kali.
Lihat dalam proses berpikir normal diatas. ,:, .,
6. Limajenis perbuatan yang termasuk akusala ganikal(M1lma:acla-
lah membunuhibu. mumbunuh ayah, membunuharahal.meluhai
«arkrann a rlrlha rifln rnArrJlh hAlah ftflArihA ~. ',.' ' •
***


Sumber:

Jalan Tengah No. 31/Tahun Ke 3/9 April 1991; Yayasan Dhamma Dipa Arama; Jakarta.