Bergaul Menurut Cara Dhamma

oleh: Bhikkhu Uttamo Thera

saat menjadi pembicara pada pelantikan panitia baru Vidyasena 1990

        Saudara-saudara. Memang dalam kesempatan seperti ini adalah merupakan kesempatan yang baik, kalau kita bisa memanfaatkan. Artinya apa? Kalau dipikir-pikir malam hari ini atau sejak pagi tadi kita datang kok rasanya Vidyasena saya perhatikan tidak ada hiburan. Biasanya kalau generasi muda kumpul-kumpul itukan adanya hura-hura, yaa kemudian acara ini itu ini itu. Dari tadi pagi kok tidak ada semua? Saya malah kuatir apa ini calon Bhikkhu semua? Kok tidak ada. Dan malam hari inipun saya pikir oh ini mungkin mau hura-hura lagi. Lho kok tidak? Malah saya yang disuruh. Mungkin ini hura-hura bathin, jadi pakai bahasa kota. Karena itu saudara malam hari ini kita akan mencoba melihat Dhamma ajaran Sang Buddha dari berbagai segi yang mungkin bermanfaat.

        Kalau kita sebagai generasi muda sudah bisa mengenal Dhamma ini memang bahagia. Kenapa demikian? Karena Dhamma ajaran Sang Buddha ini kalau kita ibaratkan seperti Supermarket. Supermarket itu kita mau cari tusuk gigi sampai linggis, ada! Mau cari korek kuping sampai cangkul, ada! Dhamma ajaran Sang Buddha juga demikian, kita mau cari apa saja ada! Karena Dhamma kalau menurut Sang Buddha dikatakan adalah 'segala sesuatu yang bisa kita pikirkan dan yang tidak bisa kita pikirkan'. Coba, kata-kata ini coba direnungkan. Dhamma adalah segala sesuatu yang bisa kita pikirkan dan yang tidak bisa kita pikirkan itu Dhamma. Kan aneh toh?

        Jadi semua yang saudara pikirkan misalkan saudara pikir tusuk gigi itu sudah Dhamma. Saudara pikir cangkul, juga Dhamma. Saudara pikir buku, ya Dhamma. Saudara pikir pohon, ya Dhamma, semuanya Dhamma, Dhamma, Dhamma, tidak ada yang lain. Karena itu kalau saudara sebagai generasi muda mestinya saudara lalu juga bertanya. Apakah ada Dhamma ajaran Sang Buddha yang sesuai dengan kehidupan kita sebagai anak muda? Ini penting!

        Sebetulnya kalau tadi malam kita juga sudah diskusi beberapa hal. Teknik-teknik organisasi pun di dalam Tripitaka ada. Bagaimana membikin peraturan, ada! Kemarin ada yang bingung, ini peraturan nanti berlaku surut atau berlaku maju, ada. Nah lalu kita berpedoman pada Sang Buddha saja. Karena kita kan muridnya Sang Buddha, katanya begitu. Sang Buddha kalau bikin peraturan demikian. Seandainya ada seseorang bhikkhu yang bersalah, misalnya sore-sore makan, tapi belum ada peraturan waktu itu. Sore-sore makan. Kemudian umat melihat. "Wah, Bhante, bhikkhu kalau sore makan kok tidak pantas, kayak umat". Lalu Sang Buddha pikir-pikir, "Ya betul, tak pantas. Mulai sekarang para bhikkhu kalau sore tidak boleh makan". Tapi yang makan terakhir itu jangan dimarahi. Karena apa? Karena itu dibuat belum ada peraturan. Jadi ini tidak berlaku surut, tapi maju. Sang Buddha mengatakan ini sumbernya yang pembuat peraturan ini tidak perlu dikenakan aturan. Nah nanti setelah peraturan dibentuk, orang-orang yang berikutnya ini baru kena peraturan. Makan sore, nah kamu kena salah, kan demikian?

        Jadi, dengan demikian kalau kita melihat beberapa peraturan misalnya voting akan menyelesaikan persengketaan permasalahan, itu juga ada di dalam Tripitaka. Bahkan di dalam peraturan Vinaya bhikkhu. Kalau sekarang ada permasalahan bagaimana cara mengatasi? Bisa dengan menemukan dua belah pihak itu untuk ditanya. Bisa juga diadakan voting. Bagaimana ini pilihan suara? Masalahnya ini di pihak mana? Ada! Ada yang dianggap sudahlah dianggap tidak ada saja, masalah ini kecil, itu ada!

        Jadi semua problem kehidupan kita ada di sana. Tentang misalnya rumus-rumus ekonomi, juga ada! Saudara jangan mengira ajaran Sang Buddha hanya khusus untuk para bhikkhu. Pernah ada yang mengatakan seorang saudagar pada jaman Sang Buddha. "Bhante, bagaimana saya bisa mengembangkan usaha saya?" Dijawab demikian: "Kalau kamu punya keuntungan, anggap saja keuntungan kamu ini 100%. Maka yang 25% kamu gunakan untuk makan, kebutuhan sehari-hari. 50% kamu gunakan untuk menambah modal. 25% yang berikutnya digunakan untuk kalau ada kejadian yang mendadak. Artinya apa? Disimpan. Kalau nanti kamu sakit, tak bisa kerja, ambil simpanan ini. Misalnya rumah kamu bocor, butuh pemugaran ambil dari simpanan ini". Nah ini ada teori ekonominya saudara, cara membagi keuntungan, cara membagi hasil yang kita miliki.

        Nah, sehingga semuanya ada! Bahkan dikatakan kalau mau menggalang persatuan pun ada. Memperluas wawasan menggalang persatuan pun ada rumusnya. Mungkin sebagian dari saudara sudah pernah dengar, tapi ini perlu saya jelaskan lagi. Karena manfaat mendengarkan Dhamma sesungguhnya bermacam-macam. Manfaatnya satu, bagi yang belum pernah dengar akan menambah wawasan baru, 'Ooh Dhamma itu demikian toh'. Bagi yang sudah pernah dengar dan belum jelas bisa tambah jelas. Yang dulunya lupa sekarang ingat. Jadi bisa menghilangkan keragu-raguan, bisa menambah kemantapan dan keyakinan. Karena itu malam hari ini akan saya babarkan, akan diuraikan tentang 'Bagaimana Dhamma ajaran Sang Buddha untuk diterapkan kepada saudara-saudara di dalam memperluas wawasan menggalang persatuan'.

        Artinya apa itu? Kalau sebagai pengurus yang baru bisa mengatur/mengendalikan anak buah. Kalau nanti dari staf-staf ini masing-masing bisa bekerjasama. Ataupun kalau saudara tidak dipilih sebagai apa-apa juga bisa saling bekerja sama dengan teman. Ataupun kalau saudara nanti perlu misalnya inikan sekarang saya sudah ada kuliah, sudah umur sekian, ini sekarang perlu misalnya memperoleh pasangan hidup misalnya, ini juga bisa dimanfaatkan.Lho kok begitu? Ya, karena tadi sudah saya katakan Dhamma ajaran Sang Buddha memang Supermarket.

        Nah saudara, bagaimana caranya supaya kita bisa menggunakan Dhamma ini? Caranya gampang. Kalau saudara membutuhkan teman, kalau saudara membutuhkan anak buah nurut, kalau saudara membutuhkan kawan, kawan akrab. Cara yang pertama yang harus saudara lakukan adalah mempunyai yang disebut dengan kerelaan.

        Kerelaan artinya ikhlas/rela. Apa itu? Tidak memaksakan kehendak kita. Contohnya, kalau nanti dari pihak ketua, misalnya saja merasa dirinya sudah ketua. Contoh ini ketua karena hari ini baru 'in' pemilihan ketua. Sebetulnya seorang ketua itu bukan mengepalai, bukan mengatur, bukan menjadi bos, tetapi justru ketua itu menjadi pelayan, menjadi pengabdi. Siapa yang diabdi? Nih orang-orang semuanya. Kalau dirinya sebagai pelayan, kalau dirinya sebagai pengabdi, maka tugasnya apa? Membuat bos-bosnya berbahagia, itu kuncinya. Tidak hanya ketuanya, Wakil Ketuanya para sekjennya dan semuanya ini dengan staf-stafnya pokoknya yang dipih menjadi pengurus nantinya itu sesungguhnya adalah pengabdi bagi Vidyasena. Karena sebagai pengabdi maka harus mau berkorban, kerelaan.

        Kalau saudara sekarang misalnya mempunyai keinginan 'Saya ingin Waisak nanti upacaranya bisa meriah'. Ternyata kemeriahannya tidak sesuai seperti yang kita inginkan maka saudara jangan kecewa. Saudara harus ngecek diri sendiri, mungkin teknik yang saya gunakan kurang hebat. Artinya teknik pendekatan saya (approach) saya mungkin kurang bagus.

        Demikian pula seandainya saudara mau cari teman, kerelaan ini penting. Misalnya apa? Kalau saudara misalnya sudah tahu hari ini ada acara misalnya di Kaliurang. Saudara bisa mengeluarkan ide baik saudara. "Bagaimana ya kalau kita ke Kaliurang bersama-sama?" Ini kan rela. Rela bensinnya habis, rela olinya berkurang, rela rodanya bannya tambah tipis, boleh Jangan seperti Yahudi, perhitungannya waah kalkulatornya jalan. Kalau saya bensinnya naik sekian harus hasilnya sekian. Karena dengan pengorbanan sesedikit mungkin kalau perlu mendapatkan hasil sebesar-besarnya itu Yahudi, saudara. Ini kalau demikian caranya saudara bisa repot. Teman menjadi susah dengan saudara.

        Saudara mau naksir si A tapi Valentine juga tidak kirim apa-apa. Kirim-kirim katanya roti yang pakai semut. Nah bagaimana coba? Susah saudara, inikan jadi repot. Nah, jadi semuanya kan ada modal. Seperti kalau kita mau mancing ikan, kan ada umpannya. Kalau Yahudi mancing ikan tidak pakai umpan. Kalau perlu tidak perlu pakai kail, ikannya datang sendiri itu Yahudi loh saudara. Kalau umpannya gede, ikannya gede. Umpannya teri, ikannya ya kecil. Kalau saudara Valentine kirim kepada 10 orang, masa 10 orang tidak ada yang nemplek satupun juga? Kalau tidak ada yang nemplek aduuh saudara memang betul-betul 'bo hoki', tidak ada peruntungan sama sekali. Karena itu teori kemungkinan (probabilitas), kan begitu?

        Kalau saudara di dalam acara ketangkasan botol itu dilempar pakai gelang rotan. Kalau lemparnya satu demi satu cenderung meleset. Probabilitasnya meleset banyak, fifty-fifty. Tapi kalau saudara kasih 10 dilemparkan semua, masa tidak ada satupun juga yang masuk. Itu bo hoki kalau tidak ada yang masuk. Hidup bersama juga begitu.

        Kalau saudara ingin mencari teman juga kerelaan itu penting. Seperti Valentine kirim 10. Kalau nanti kebaktian, 'kok kebaktian kok sedikit terus?' Saudara pikir kerelaannya apa jangan jadi Yahudi tapi harus dipikir umpannya apa ya, kita kasih undian saja. Setiap kali datang sebagai anggota Vidyasena dikasih kupon undian. Kalau nanti datang dikasih tanda tangan. 5 kali datang berarti berhak mengikuti undian sepeda BMX. Waah itu pasti meriah, pasti ramai yang datang ke vihara. Kalau ke vihara mau sembahyang ingatnya 'sepeda, sepeda, sepeda'. Kan lumayan kan jaman sekarang itu baru trendi sepeda BMX.

        Nah, sebetulnya ini adalah salah satu pancingan (umpan). Saudara di Kaliurang ini, saudara juga ada umpannya, ada pancingannya. Apa itu? Mendengarkan Dhamma yang aneh. Kalau saudara nanti pulang setelah selesai ini saudara bisa laporan sama teman-teman di rumah, teman-teman di vihara yang tidak ikut. "Sayang kamu tidak ikut, kamu tidak mendengarkan 'Bagaimana caranya menggalang persatuan memperluas wawasan'". Kan begitu? Lho ini pancingan besar loh. Kalau saudara nanti bisa praktek hal ini saja kerelaan ini saja, waduuh teman saudara banyak. Saudara kesepian malam minggu kok tidak ada. "Ayo, teman-teman satu kos, ini bakso saya panggil beli semua nanti saya yang bayar". Pasti temannya banyak. Modal dong modal, jangan Yahudi. Bisa begitu, ini dasar pertama sekali.

        Jadi istilahnya semua membutuhkan kerelaan kita. Kerelaan tidak hanya berupa materi saudara, tetapi kerelaan juga berujud cara berbicara yang baik. Karena kita bisa memperoleh teman apabila kita mempunyai tata bahasa ataupun kata-kata yang baik. Misalnya nanti kita mau menyuruh orang yaitu 'Pasang nih lampu neon'. Kalau kita nyuruhnya: "Pasang lampu!" Wah, mungkin orang itu malah begini: "Apa kamu nantang apa! Emang saya pembantu kamu? Gaji berapa kamu sama saya suruh pasang-pasang!" Tapi kalau cara perintahnya dengan kerelaan mengatur kata-kata yang lebih baik. "Bagaimana ya, lampunya kok gelap nih". Ini ada neon (sudah pegang neon) tapi nyuruh caranyanya. "Ini lampunya gelap, saya punya neon padahal saya ada pekerjaan lain. Baiknya bagaimana ya?" Karena begini mungkin ada yang mau. "Yah, sudah sini coba saya pasangkan". Kebetulan cocok, bisa kerja yang lain. Kan begitu? Kita tidak paksa, bekerja juga begitu. Kalau saudara nanti di dalam mengatur teman untuk bekerja itu dengan mengubah kata-kata ini akan lebih bermanfaat. "Tolong ya altarnya dibersihkan", misalnya. Itu lebih bermanfaat daripada mengatakan: "Eh, ini dibersihkan. Kotor begini kayak kamarmu acak-acakan". Orang itu pasti tidak mau, ngomel saudara. Tapi, "Tolong ya, ini dibersihkan biar kayak kamu. Kamu kan selalu rapi, ini dong dibersihkan". Senang, dengan kata-kata itu saja sudah senang, ini sudah modal orang itu nurut sama kita.

        Karena itu, kalau saudara perhatikan sebetulnya seorang bhikkhu tidak pernah menyuruh. Saudara pernah merasa diperintah sama bhikkhu? Pernah belum? Kalau bhikkhu merintah itu caranya lain, ini bahasa Dhamma. Saudara pengen tahu? Caranya begini. Karena bhikkhu ini tidak pegang uang, maka dia tidak terlibat di dalam jual maupun beli, termasuk mengeluarkan kata-kata misalnya, 'coba beli hio', tidak ada. 'Coba beli lilin', tidak ada. Tapi pakai bahasa Dhamma 'Tolong dicarikan lilin'.

        'Dicarikan lilin', minta tolong dicarikan lilin, atau kalau biasanya kita mengatakan: "Bagaimana ya kamar kita kok gelap ini padahal kita mau berkaca tapi kok kamarnya gelap?" Mungkin "Oh ini pakai baterai Bhante, pakai lilin boleh". Itu cara berkata begitu, atau "Tolong ya dicarikan lilin". Kita minta tolong tidak "Carikan lilin! Ini kamar saya gelap", tidak begitu. Sehingga umat itu merasa "Oh, ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa saya lakukan".

        Demikian pula di dalam kehidupan sehari-hari saudara juga begitu, kata-kata ini penting. Kalau saudara melihat penampilan teman saudara misalnya tidak mutu ke vihara pakai misalnya celana pendek. Bisa lho, pernah terjadi di satu kota ada orang datang ke vihara pakai celana pendek. Padahal menurut peraturan tata kesopanan etika persembahyangan/peribadatan umat Buddha celana pendek itu 'haram dah' masuk vihara. Bagaimana cara peringatannya? Gampang, saudara jangan mengatakan: "Ei, pakai celana pendek tidak boleh masuk ini anak di bawah 5 tahun". Bukan! Caranya gampang. "Saudara-saudara, memang (kita ngomong begitu)... memang jaman sekarang ini jaman serba susah, banyak mala petaka. Apalagi sejak tahun 1990 ini, bencana alam di mana-mana. Semarang, banjir. Kelihatannya di rumah Bapak itu juga banjir di atas lutut". Kita tidak usah ngomong celana pendek, dia nantinya akan lihat sendiri, "Lho kok saya dikatakan kebanjiran ini apa ooh celananya mini". Mungkin tidak diulang lagi, dengan kata-kata begitu. Nah ini adalah sebetulnya kerelaan, keikhlasan mengenai ucapan.

        Ada lagi keikhlasan, kerelaan tentang perbuatan yaitu kita mau berjuang mau membantu. Contohnya apa? Para pengurus ini adalah menjadi pembantu menjadi pengabdi anggota Vidyasena. Berarti apa? Ikhlas berbuat, ikhlas rela. Kalau nanti pengurus ini mempunyai keikhlasan berbuat yang lebih banyak, yang lebih tekun, yang lebih dalam, maka hasilnya para anggota Vidyasena akan memperoleh satu kebanggaan. "Waah pengurus ini hebat!"

        Kalau saudara misalnya ikhlas berjuang, ikhlas berbuat untuk kampus misalnya, kampus juga menilai saudara, bermanfaat tidak hanya menghabis-habiskan tempat saja. Ini sesungguhnya saudara adalah teknik kita. Karena nanti saudara punya teman juga begitu. Pulang vihara apa salahnya diboncengkan, anak tidak datang ke vihara apa salahnya saudara datang ke rumahnya. Orang tidak bawa buku paritta tidak bisa baca apa salahnya saudara bukakan buku paritta. Sehingga keakraban saudara lewat tata kata, tutur bahasa, lewat perbuatan saudara akan selalu menarik untuk menjadi sahabat orang lain. Ini adalah dengan cara kerelaan saja. Oleh karena itu kunci keberhasilan yang perlu kita jalankan di dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah kerelaan.

        Kerelaan dibagi dua: kerelaan dalam bentuk materi dan kerelaan yang bukan materi. Kerelaan yang bukan materi ini adalah berupa kata-kata yang baik dan perbuatan yang baik yang bermanfaat untuk pihak lain. Kalau semua ini saudara jalankan maka yakinlah Vidyasena ini pada pembubaran panitia yang tahun akan datang atau pembubaran pengurus tahun yang akan datang akan mempunyai anggota yang 2 atau 3 kali lebih banyak dari yang sekarang. Oleh karena itu PR-nya untuk pengurus yang baru targetnya tahun depan di akhir kepengurusan paling sedikit jumlah anggotanya 2 atau 3 kali dari yang ada sekarang. Itu target! Bagaimana cara mendapatkan itu urusan kamu saya tidak tahu pokoknya target itu tercapai tahun depan saya mau lihat tahun 1991.

        Bagaimana? Tahun ini 36 orang, berarti tahun depan minimal 100 orang. Bagaimana cara mendapatkan, urusan kamu saya tidak tahu. Saya tahunya 'hasil' bukan tahunya 'bagaimana cara'. Cara itu urusannya si Pengurus, kan begitu toh. Nah ini PR. Lha bagaimana? Sudah saya kasih resep. Caranya adalah kerelaan, kasih rangsangan yang bagus pancingan sepeda, pancingan vespa, atau tabungan berhadiah 500 juta itu pancingannya, kemudian kata-kata yang baik.

        Pengurus kalau umat datang baru jangan malah dipelonco (dipermainkan/digojlok). Kalau orang baru datang justru kita terima sebagai saudara baru. Baru lahir, coba anak kecil digini-ginikan, mereteli semua. Baru lahir bukannya dielus-elus tapi malah di gojlok-gojlok. Nah teman saudara yang datang ke vihara yang pertama kali itu juga seperti anak yang baru lahir, jangan di gojlok-gojlok mereka ini semua tidak mau datang nanti. Kan begitu?

        Jadi, saudara-saudara ini kalau dengan bekal kebaikan hati, kebaikan perbuatan dan kebaikan ucapan ini maka akan membuat Vidyasena menjadi besar. Karena itu PR-nya harap dikerjakan, tahun depan kita lihat targetnya tercapai atau tidak. Kan begitu toh?

        Saudara-saudara, ini bekalnya nanti saudara yang melaksanakan. Saudara semua masing-masing ini coba kalau ini sekarang sebetulnya tidak usah cari 100 orang. Di sini 37, 1 orang cari 3, cari 2 atau cari 3. Nah sudah bisa semua! Ini teman kosnya 2, ini teman kosnya, ini kan kos-kosan semua. Cari loh pancing, "Kamu kalau ikut nanti makan 1 bulan ikut saya, tapi ikut saya sekali saja. Makan kamu dalam 1 bulan ikut saya... sekali saja". Kan bisa, jadi dapat 2 dapat 2, 100 orang gampang. Nah saudara-saudara, ini sebagai input saja sebagai gambaran bahwa Buddha Dhamma ini Supermarket.

 

Berikut jawaban pertanyaan dari Bhikkhu Uttamo yang diajukan umat:

Tentang cara/teknik lain.

        Resepnya banyak sebetulnya, tapi yang saya kasih satu ini kan pancingan, kan katanya tidak boleh Yahudi. Kalau mau dapat ikan kan harus mancing, mancingnya ini resepnya sudah ada kan nantinya bisa dikembangkan. Sebetulnya ada cara yang lain, tapi cara yang lain ini lebih khusus. Tentang 'Bagaimana untuk mendapatkan pacar'. Ini lebih khusus, tadi saya pakai yang umum karena anda ini adalah pendengar dari seluruh kalangan. Kan kadang-kadang ada yang belum butuh pacar jadi tidak saya sebutkan. Tapi sebetulnya di balik resep itu masih ada. "Bagaimana cara dapat pacar menurut sutta?" Nah ini kan luar biasa. Jadi ini bukan hanya yang aneh-aneh, bukan teori-teori.

        Di dalam sutta, di dalam Angutara Nikaya ada tekniknya. Tapi apakah saudara perlu? Pengen tahu, pengen praktek nggak? Belum? Rugi! Ada resepnya, pacaran versi Buddhis. Syaratnya ada, dengar baik-baik.

        Kalau saudara ingin memperoleh teman akrab lawan jenis atau istilah sekarang memperoleh pacar, maka menurut Angutara Nikaya ada. Pertama, penampilan harus menyakinkan. Tidak ada orang mau jadi pacar saudara kalau saudara penampilannya gendeng, melempem. Jadi meskipun saudara di sekolah penampilan harus meyakinkan, memberikan satu kemantapan. Penampilan apa? Rambut juga harus disisir dengan bagus. Jangan kalau keluar rumah rambutnya masih seperti bangun tidur acak-acakan tidak karu-karuan. Mana ada orang mau dengan saudara. Sisiran dulu, gosok gigi dulu, penting. Habis makan gosok gigi saudara.

        Penampilan ini penting, kenapa begitu? Jangan sampai nanti seledri masih di gigi senyumnya saudara 'aduh bikin pingsan orang lain', gosok gigi. Saudara datang ke vihara, gosok gigi penting. Kalau nanti 'Arahang Samma Sambhuddha Bhagava...' asapnya kesini semua... Nanti ngundang bhante, bhantenya bisa pingsan kena asap pete, susah! Jadi gosok gigi, kemudian meskipun pakaian tidak mahal tetapi juga rapi. Jadi ya bajunya dirapikan, celana dirapikan. Pakai sepatu, jangan gaya bhiikhu, tidak pakai sandal. Kalau ditanya, "Lho kenapa tidak pakai sandal?" Kayak bhikkhu ini aja. Bukan, itu Yahudi daripada dipakai sandalnya nanti sandalnya habis lebih baik tak usah, bukan! Pakai sepatu atau pakai sandal, alas kaki penting. Itu  penampilan yang pertama saudara harus mantap dari atas sampai bawah harus mantap, penampilan.

        Kedua selain penampilan adalah kata-kata yang indah. Kembali lagi seperti yang pertama tadi resepnya kerelaan, kerelaan dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. Sekarang betul, rumusnya menurut Angutara Nikaya tadi memang salah satunya adalah kata-kata kita juga harus yang baik, tidak gampang menyakitkan hati orang. Selain itu berusaha menjaga perasaan orang. Kalau sudah kata-kata lalu pemberian, ini juga penting. Valentine Day, kasih, kemudian ulang tahun, kasih. Coba, saudara senang sama si A tapi si A ulang tahun saudara diam saja, tidak ngomong tidak apa... sayang.

        Besok saya dengar ada yang ulang tahun, betul? Saudara-saudara yang tertarik dengan yang ulang tahun kesempatan besar buat saudara praktek. Kesempatan besar, terbuka pintu lebar-lebar. Kasih kek ucapan selamat, kasih kek kado khusus, kasih 'surprise' kasih kejutan. Kado dibuka 'kodok karet', itu betul-betul kejutan. Apalagi ada pernya, ini kejutan. Ini kesempatan buat saudara, jadi hadiah.

        Sudah ada penampilan, ada ucapan, ada hadiah. Naah ada lagi yang sehubungan dengan ucapan yaitu nyanyian, penting. Kesempatan lagi besok bagi yang ulang tahun, nanti kalau saudara yang tertarik boleh menyanyikan. "Kunyanyikan lagu khusus untukmu di hari ulang tahunmu". Lalu saudara nyanyi, nyanyi apa saja boleh. Balonku ada lima, bintang kecil boleh, itu adalah salah satu cara.

        Kalau kadang-kadang suara mempengaruhi perasaan orang. Kalau kita ini bisa mengatur, mengatur gelombang suara kita dengan didasari perasaan, maka sebetulnya suara menjadi alat yang paling canggih untuk mempengaruhi orang. Karena apa saudara? Pengaruh dari luar bisa masuk itu dari kelima indra kita. Dari mata, telinga, hidung, dan mulut. Kalau kita mempengaruhi seseorang, lima indra ini harus dipenuhi. Mata, suruh melihat penampilan kita yang meyakinkan. Hidung, suruh mencium bau kita yang 'apek' ya tentunya bau yang menyegarkan. Kalau apek jangan saudara pelihara, tidak mau, bau sih. Itu juga perlu. Mulut, dirangsang dengan apa? Kasih minuman, kasih jajan. Telinga, dirangsang dengan apa? Dengan suara. Karena itu saudara kalau saudara bisa membuat suara saudara itu tidak monoton. Apa itu monoton? Monoton, hanya satu suara, tidak ada cepat tidak ada lambat, tidak ada keras tidak ada pelan, tidak ada tinggi tidak ada rendah. Waah suara saudara betul-betul menjadi suara yang membosankan. Seperti anak kecil: "Saya ingin ke pasar. Ke pasar dengan ibu. Ibu pakai kebaya biru. Kebaya biru diberi oleh adikku, dan seterusnya". Itu akan membuat pendengar bosan, ini apa maunya?

        Membaca pun saudara mestinya kalau saudara membaca itu juga ada teknik. Membaca dengan mengatur suara. Sehingga pembacaan itu betul-betul menjadi suatu ekspresi buat saudara. Kalau saudara membaca saya ambil contoh yang hari ini dibaca saja. Bukan berarti mengkritik, tetapi ini kira-kira untuk contoh. Saudara kalau membaca, pertama saudara ingat bahwa kalau kita mau mempengaruhi orang lima indria harus bisa kita masuki semua. Artinya apa, harus bisa kita pengaruhi semua. Karena itu saudara lihat dulu. Kalau saudara sudah mau mempengaruhi orang, lihat dulu orangnya semua pandang semua. Ini kunci, pandang. Pengaruh mata sudah ada, artinya kita sudah mulai keluar penampilan kita yang meyakinkan. Tapi kalau saudara sudah tidak berani lihat nunduk terus begini ngomong sendiri sana juga ngomong sendiri. Pandang dulu, dikuasai dulu. Kemudian mulai senyum dulu. Senyum ini penting, karena nanti senyum juga termasuk salah satu dari yang tadi, senyuman. Jadi ada penampilan, ada kata-kata yang manis, ada hadiah-hadiah, ada nyanyian dan ini juga ada senyuman dan ini yang kelima saudara sekalian, senyum ini juga penting. Pertama kali saudara menghadapi orang begitu saudara lihat langsung senyum. Tapi kalau saudara tidak bisa senyum ya sudah tarik kawat sini. Harus bisa, tarik kawat. Karena senyuman itu adalah menjadi hiasan, menjadi variasinya untuk potongan model saudara. Senyum sedikit, kemudian lalu "Saudara-saudara, senyum lagi... marilah kita sekarang mendengarkan tentang pertanggung-jawaban dari pengurus yang dulu yang perlu saudara dengarkan baik-baik", misalkan begitu... senyum lagi. Terus belajar. Karena itu kalau saudara mau menjadi orang yang bisa mempengaruhi harus belajar di depan kaca. Seluruh gerakan saudara seluruh ekspresi saudara itu harus menjadi bahasa buat saudara, Body Languange katanya begitu, bahasa badan. Say It with Body, katakanlah dengan badan saudara.

        Kalau mulai ngantuk diperkeras suaranya supaya orangnya menjadi ada perhatian. Tapi begitu orang sudah melihat ke sini suara dipelankan, jadi orangnya semakin... ini mau ngomong apa? Ini sebetulnya adalah satu teknik, nah senyum dan lain sebagainya itu bisa. Dengan demikian, permainan suara permainan senyuman ini akan membuat kita akan lebih bisa disenangi oleh lingkungan kita.

        Nah cara-cara ini saudara masih ada yang lain. Di dalam Angutara Nikaya, selain lima hal ini masih ada yang lain yang mungkin saudara tidak pernah pikirkan sebelumnya kok bisa ya itu tertulis di kitab suci untuk mempengaruhi orang yaitu 'air mata'. Air mata, saya tidak ngomong air mata buaya pokoknya air mata. Kalau saudara misalnya mau menyatakan perasaan hati saudara, kalau terus dibarengi dengan menetesnya air-air suci ini waduh rasanya kok lebih afdol, rasanya begitu lebih mencekam. Misalnya tadi waktu pembacakan pertangguan jawab, ditambah dengan sedikit ekspresi keluarnya air mata... waduuh mencekam. "Saudara-saudara, hik hik hik.." begitu, air matanya keluar, wah mencekam sekali. Betul, bisa begitu.

        Nah ini adalah rumus untuk bisa saudara praktekkan. Tentang mempengaruhi lima indria tadi ini juga bisa saudara praktekkan untuk rumah saudara atau vihara. Supaya bisa menarik orang, kelima indria orang ini harus bisa dipengaruhi. Misalnya apa? Masuk mata melihat harus yang indah jangan lihat sana sampah sini sampah situ sampah jangan, semuanya harus rapi. Telinga, mendengar yang indah-indah bukan gosip sana gosip sini bikin bosan orang ke vihara tapi telinga mendengar yang indah. Oh di sana diskusi Dhamma, di sini diskusi Dhamma, di sana juga wah senang. Kemudian kalau mulai diberi tanda misalnya.  Seperti kalau di salah satu tempat ibadah dikasih bel 'klining.. klining.. klining....' Itu sebetulnya adalah memberi kesan kepada suara. Lalu bau kita sudah ada dengan hio. Nah ini sebetulnya adalah semakin banyak saudara bisa mempengaruhi kelima indria ini semakin besar pengaruh saudara terhadap lingkungan saudara. Karena itu kuncinya saudara bisa banyak teman adalah sejauh mana saudara bisa mengembangkan potensi di dalam badan saudara untuk mempengaruhi kelima indria yang lingkungan saudara miliki, itu saja.

 

Tentang Berpacaran.

        Nah sekarang bagaimana menanggulangi nafsu-nafsu remaja, gejolak darah muda ini? Sebetulnya di dalam Buddha Dhamma ada. Itu yang disebut sebagai penjaga dunia, atau istilahnya Lokapala. Dharma sebagai penjaga dunia, dunia itu bisa diri kita bisa yang lain. Penjaga dunia dari apa? Dari nafsu-nafsu itu. Apa itu? Menurut Sang Buddha ada dua, yang disebut malu dan takut. Malu melakukan perbuatan itu berdasarkan pengertian dan takut akan akibat perbuatan itu.

        Naah pertama yang bisa kita bangkitkan adalah rasa malu bukan rasa takut dulu, karena kalau rasa takut ini butuh pengertian, tapi kalau malu itu unsur luar yang mendukung. Nah, bagaimana supaya kita bisa muncul rasa malu? Kalau pacaran jangan di tempat gelap-gelap, nanti rasa malu bisa tidak kelihatan, gelap sih tempatnya. Pacaran di tempat yang terang benderang, kalau perlu di bawah sinar matahari. Kan begitu? Tempat jangan yang tertutup. Di lapangan padang rumput yang luas, waah dunia milik berdua. Itu adalah memancing rasa malu. Sudah ada tempat sudah ada waktunya, kemudian juga kita kalau mungkin tidak bisa mengendalikan diri panggil orang ketiga. Memang tidak hot lagi, tetapi itukan memang yang mau kita hindari. Nah nanti kita kalau rasa malu ini sudah bisa kita munculkan maka akhirnya kita bisa dilepas. Pacaran di tempat gelap ya tidak apa-apa, di tempat tertutup ya boleh-boleh saja. Tanpa teman hanya berduaan, di tempat yang sepi sekali juga tidak apa-apa. Kenapa? Karena sudah muncul rasa takut akan akibat perbuatan kita. Mau pegang, takut lecet. Pacar dianggap sebagai barang antik yang sangat berharga. Mau dirangkul takut tangannya ketularan panunya. Takut akan akibat perbuatan itu. Kan demikian?

        Nah rasa takut itu muncul dari dalam itu menjadi polisi buat kita. Akhirnya kita pacaran terbebas dari yang 'begitu-begitu', aman bahagia selamat untuk waktu yang lama. Kan begitu toh? Jadi kuncinya hanya dua yang disebut Sang Buddha sebagai Lokapala —penjaga dunia yaitu malu untuk melakukan, takut untuk melakukan itu. Nah bagaimana cara mengolahnya? Itu bisa sambil berjalan. Cara mengolahnya dengan melatih Pancasila —tidak membunuh menganiaya mencuri bezinah bohong dan mabuk-mabukan. Dengan menjalankan Pancasila ini maka malu dan takut bisa kita munculkan, begitu?

 

Tentang homoseksual.

        Pacaran sesama jenis, ya itu memang baru trendy, baru model sekarang. Pria pacaran dengan pria, wanita dengan wanita itu baru model. Nah bagaimana itu menurut Dhamma? Sebetulnya kalau menurut Dhamma hal itu disebut sebagai melanggar Dhamma. Memang tidak kena objek-objek perzinahan. Objek perzinahan itu apa? Kalau laki-laki dia itu masih di bawah umur dan di bawah perlindungan orang tua. Atau dia suami orang  atau dia bhikkhu atau samanera. Kalau perempuan juga begitu masih di bawah umur, di bawah lindungan orang tua, istri orang, bhikkhuni atau samaneri. Itu objek perzinahan. Tetapi sekarang pria dengan pria yang sudah sama dewasa. Belum punya pasangan semua. Wanita dengan wanita yang sama dewasa belum punya pasangan semua. Tidak melanggar sila memang tetapi melanggar Dhamma yaitu ketamakan atau yang disebut dengan lobha.

        Jadi di dalam agama Buddha tidak ada larangan, tetapi dikatakan itu melanggar dhamma. Karena agama Buddha itu adalah agama yang membebaskan dari keterikatan. Tidak ada aturan 'harus begini, tidak boleh demikian', tidak ada. Tetapi yang ada adalah pemberian fakta, kalau kamu melakukan ini buahnya demikian kalau kamu melakukan demikian buahnya demikian. Nah salah satunya adalah dengan hubungan atau pacaran teman sejenis itu. Kalau dilakukan itu yang disebut dengan melanggar dhamma yaitu lobha. Kalau tidak dilakukan tidak disebut melanggar dhamma.

        Semoga bermanfaat, bisa membawa kebahagiaan membawa semangat untuk mempelajari dhamma dan melaksanakan dhamma yang lebih tinggi lagi. Dan semoga semua makhluk bagi yang tampak maupun yang tidak tampak akan selalu memperoleh kebahagiaan lahir dan batin sesuai dengan kondisi karmanya masing-masing.***


Sumber:

Kaset Khotbah Dhamma