Buddha Dhamma Adalah Segala-galanya

oleh: Anagarini Santini

        Dalam Saraniyadhamma Sutta, Sang Bhagava membabarkan, perihal enam Dhamma yang bertujuan agar kita saling mengingat saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan, adalah:

1. Memancarkan cinta kasih dalam perbuatan.
2. Memancarkan cinta kasih dalam ucapan.
3. Memancarkan cinta kasih dalam pikiran.
4. Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut menikmati apa yang telah diperoleh secara halal. Dengan kata lain, tidak memakai atau menyimpan harta kekayaan untuk diri sendiri saja.
5. Mempunyai dasar tingkah laku sehari-hari yang sama dengan orang yang menjalankan kemoralan (sila) dengan baik.
6. Mempunyai ukuran atau patokan yang sama dengan orang bijaksana mengenai pandangan hidup yang benar.

        Oleh karena itu, ambillah sikap mental yang terpuji, yaitu memutuskan dengan tegas bahwa Dhamma harus dimulai dari diri sendiri. Dhamma hanya akan melindungi mereka yang mempraktikkan Dhamma itu sendiri.

        Mulailah mengisi hari-hari yang sedang dilalui dengan pola yang cantik, indah dan bersih. Semua itu, ada dalam Dhamma.

        Beranikan diri untuk memulai, berawal dari lingkungan keluarga. Hentikan kebiasaan saling menuntut. Perhatikanlah sabda Sang Bhagava yang terdapat dalam Saraniyadhamma, "Perihal perbuatan yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan". Indahnya dan bahagianya hidup ini, bila tinggal bersama dalam keluarga yang rukun penuh persatuan dan kesatuan. Jasmani dan batin akan tumbuh berkembang dengan sehat. Faktor-faktor yang menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan adalah; kita harus saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan. Kita tidak diajarkan untuk saling menuntut. Untuk itu semua, yang harus kita lakukan:

- Pancarkan cinta kasih kita, melalui perbuatan, di antaranya dengan cara ringan tangan membantu sesama anggota keluarga yang memerlukan bantuan, terutama terhadap orang tua. Dan semua itu dilakukan dengan kelembutan dan kasih. Sehingga yang ada hanya rasa kasih, bahagia dan damai, baik bagi yang memberi maupun yang menerima pertolongan. Tidak ada beban yang berat, karena semua hal diselesaikan bersama. Pepatah mengatakan "Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul", maka tidak akan ada kepincangan menanggung beban di antara anggota keluarga.

 

- Pancarkan cinta kasih kita melalui ucapan, di antaranya dengan bertutur kata ramah-tamah, sopan-santun, membawa berita dan cerita yang membuat suasana gembira dan bahagia. Sehingga yang ada hanya keceriaan, tidak akan ada pertengkaran, keributan dan permusuhan sesama anggota keluarga.

 

- Pancarkan cinta kasih kita melalui pikiran, di antaranya dengan cara melatih pikiran untuk selalu menyertai dan melandasi segala  bentuk pikiran berdasarkan cinta, kasih dan sayang. Sehingga akan terpancar melalui wajah kita, sinar kasih yang mengalir setiap saat. Semua akan senang melihatnya dan semua akan senang berkumpul bersama. Anak, isteri/suami, orang tua dan semua anggota keluarga akan betah tinggal di rumah. Tidak akan ada curiga, salah sangka, ingin menyakiti, rasa benci, rasa tak suka terhadap sesama anggota keluarga.

 

- Memberi kesempatan kepada anggota keluarga untuk turut serta menikmati dan memakai apa yang kita dapatkan dan miliki. Tidak menikmati atau memakainya untuk kepentingan sendiri saja, di antaranya dengan cara; makanan dibagi bersama, sarana atau fasilitas milik pribadi bisa dinikmati oleh anggota keluarga yang lain. Sehingga akan timbul rasa simpati/turut berbahagia terhadap sesama anggota keluarga, tidak akan ada iri hati, kikir dan mementingkan diri sendiri.

 

- Berusaha memiliki dan menjalankan dasar perilaku sehari-hari bersama seluruh anggota keluarga, berpegang pada kemoralan (sila) berdasarkan Buddha Dhamma. Seperti yang dilaksanakan oleh mereka yang teguh dalam memegang sila; tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak benar, tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. Sehingga tidak ada keributan yang ditimbulkan, yang ada rasa percaya, damai dan aman sesama anggota keluarga dan lingkungan.

 

- Berusaha menyesuaikan dan memiliki pandangan benar, bersama seluruh anggota keluarga berdasarkan Buddha Dhamma. Mengerti mana yang baik, benar, bermanfaat serta mengerti mana yang buruk, salah, tidak bermanfaat dan mengambil langkah/perilaku yang baik, benar, bermanfaat untuk mengikis kekotoran-kekotoran batin dan menimbun jasa kebajikan. Sehingga dapat menjalankan kegiatan dan aturan-aturan agama tanpa pertentangan satu sama lain. Adanya kesepakatan, usaha saling menunjang dan mendukung kemajuan sesama anggota keluarga, untuk meningkatkan perkembangan mental, spiritual dan material.

        Bila keenam hal tersebut di atas kita laksanakan, maka kita akan mendapatkan kenyataan bahwa kini kita telah berubah, kini sesama anggota keluarga telah saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan, yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

        Kata saling tersebut bukan berarti untuk menuntut satu sama lain, tetapi untuk memberi/berbagi satu sama lain dan tidak menunggu anggota keluarga yang lain untuk memulainya terlebih dahulu. Dengan demikian akan terwujud perilaku "saling" yang menguntungkan, bukan perilaku "saling" yang menuntut (merugikan).

        Walaupun kerukunan, persatuan dan kesatuan sudah menjadi barang langka, tetapi kita masih tetap akan mendapatkannya. Karena Sang Bhagava telah membimbing kita dengan membabarkan Saraniyadhamma Sutta.

        Di samping kita menerapkan Dhamma dalam keluarga, kitapun dapat menerapkannya pada lingkungan di mana kita berada dan akhirnya kepada semua makhluk. Buddha Dhamma itu sungguh luar biasa, dan kita pun akan menjadi luar biasa, kalau bisa menerima kehadiran Buddha Dhamma dalam segenap batin kita untuk kita laksanakan.

        Bila masalah atau peristiwa apapun yang muncul, dan kita menyelesaikan serta menghadapinya dengan jalan Dhamma, maka akan menjadi sesuatu yang mengagumkan. Umumnya kita selalu kalah bila berhadapan dengan kekotoran-kekotoran batin kita sendiri. Namun kini bertekadlah untuk menjadi pemenang yang tidak tanggung-tanggung, yaitu menjadi pemenang yang luar biasa karena Buddha Dhamma telah menyatu dalam segenap batin kita. Taklukkanlah segala sesuatu yang membawa kemerosotan, semua cara dan jalannya ada pada Buddha Dhamma, karena sebenarnyalah Buddha Dhamma adalah segala-galanya untuk mencapai kebahagiaan. Semoga semua makhluk berbahagia.***


Sumber:

PENGABDIAN TIADA HENTI, 20 th Abdi Dhamma Sangha Theravada Indonesia, Penerbit Buddhis Bodhi, 1996.