PREVIOUS

Kisah Seorang Bekas Bhikkhu

NEXT

DHAMMAPADA XXIV, 11

        Sebagai seorang murid Y.A. Mahakassapa, bhikkhu ini telah mencapai empat tingkat pencerapan mental (jhana). Suatu hari, ketika ia pergi untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, ia melihat seorang wanita dan merasa keinginan yang sangat kuat untuk memilikinya. Kemudian ia meninggalkan Pasamuan Bhikkhu (Sangha).

        Sebagai seorang umat awam, ia mengalami kegagalan karena ia tidak bekerja keras. Pamannya mengusir bekas bhikkhu itu dari rumahnya. Kemudian ia berkawan dengan beberapa pencuri. Dalam salah satu aksinya, mereka semua ditangkap oleh yang berwajib dan dibawa ke makam untuk dihukum mati.

        Y.A. Mahakassapa melihat bekas muridnya ketika sedang dibawa keluar, dan berkata kepadanya, "Muridku, jagalah pikiranmu teguh pada satu obyek meditasi".

        Seperti diperintahkan, ia berkonsentrasi dan membiarkan dirinya masuk ke dalam keadaan pencerapan mental yang dalam. Di makam, saat petugas hukuman mati sedang membuat persiapan untuk membunuhnya, bekas bhikkhu tersebut sangat tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kegelisahan. Petugas tersebut serta para penonton terpesona dan sangat tertarik dengan keberanian dan ketenangan orang itu, kemudian mereka melaporkan tentang orang itu kepada raja dan juga kepada Sang Buddha.

        Raja memberi perintah untuk melepaskan orang itu. Sang Buddha ketika mendengar tentang kejadian tersebut mengirimkan sinar Beliau dan muncul di hadapan pencuri itu sehingga ia seperti berhadapan langsung dengan Sang Buddha.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 344 berikut:

Setelah bebas dari hutan keinginan (kehidupan rumah tangga), ia menemukan hutan kesucian (kehidupan pertapa). Tapi, walaupun telah bebas dari keinginan (akan kehidupan rumah tangga) ia kembali ke rumah lagi. Lihatlah orang seperti itu! Setelah bebas, ia kembali pada ikatan itu lagi.

        Pada akhir khotbah Dhamma tersebut, pencuri yang teguh menjaga pikirannya pada timbul dan tenggelamnya segala sesuatu yang berkondisi menyadari sifat ketidak-kekalan, ketidak-puasan, dan tanpa inti dari segala sesuatu yang berkondisi. Ia mencapai tingkat kesucian sotapatti. Kemudian ia pergi menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana, di mana ia sekali lagi diterima masuk ke dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha) oleh Sang Buddha, dan ia dengan cepat mencapai tingkat kesucian arahat.***


Sumber:

DHAMMAPADA ATTHAKATHA —Kisah-kisah Dhammapada; Bhikkhu Jotidhammo (editor); Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.

TREASURY OF TRUTH —Illustrated Dhammapada; Ven. Weragoda Sarada Maha Thero; The Singapore Buddhist Meditation Centre, Singapore, 1993.